×
Di dalam buku ini di jelaskan apa itu ghoflah, serta sikap serta penjelasan dari sisi syari\’at kita yang agung, yang intinya bahwa ghoflah adalah sebuah penyakit yang bilamana telah menjangkiti seseorang maka akan semakin menjadikan merugi baik ketika di dunia maupun di akhirat nanti. dalam buku ini juga di jelaskan bagaimana cara mengatasi penyakit ini.

 Obat Bagi Hati Yang Lalai

 PENDAHULUAN

Segala pujian hanya untuk Allah Rabb alam semesta. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada utusan yang paling mulia Nabi kita Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau, sahabat serta kepada seluruh para pengikutnya. Amma ba'du:

Kalau kita mau berfikir maka sesungguhnya ghoflah (lalai atau lengah.pent) adalah sebuah penyakit kronis yang sangat berbahaya sekali, jika penyakit ini telah menjangkiti seseorang maka sudah dapat di pastikan bahwa dia telah merugi baik ketika ia di dunia maupun ketika di akhirat nanti, sebagaimana yang telah di jelaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala firmanNya:

قال الله تعالى: {وَلَا تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ نَسُواْ ٱللَّهَ فَأَنسَىٰهُمۡ أَنفُسَهُمۡۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ ١٩} [الحشر: 19]

"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik". QS al-Haysr: 19.

Lantas yang menjadi pertanyaan kita adalah apa yang di maksud dengan ghoflah tersebut? Lalu bagaimana sikap hukum syar'I dalam masalah ini? Apa bentuk dan jenis-jenis serta macam-macamnya? Apa penyebabnya serta bagaimana cara mengatasinya?

Itulah beberapa permasalahan yang akan kami bahas dalam buku kita kali ini, maka sebelumnya saya mengucapkan banyak terima kasih kepada setiap orang yang telah banyak membantu dalam menyiapkan serta mengeluarkan buku ini dengan baik.

Kita memohon kepada Allah Ta'ala agar menjaga kita dari sikap ghoflah (lalai) kita serta mengampuni dosa-dosa yang telah kita perbuat.

 PENGERTIAN GHOFLAH

Ghoflah dalam etimologi bahasa adalah mashdar dari kalimat (   ( غفل يغفل غفلة وغفولاً

Artinya adalah lalai, lengah.

Ibnu Faris seorang ulama ahli bahasa mengatakan: "Huruf Ain, faa, dan lam adalah satu asal yang shahih yang maknanya menunjukan telah meninggalkan sesuatu karena lupa bahkan adakalanya meninggalkan dengan sengaja".[1]

Sedangkan al-Fayumi mengatakan: "Al-Ghoflah adalah hilangnya sesuatu dari fikiran seseorang serta tidak mengingatnya, terkadang kalimat ghoflah juga di gunakan bagi siapa yang meninggalkan sesuatu karena menyepelekan atau karena menolaknya sebagaimana hal itu tergambar dalam firman Allah Ta'ala:

قال الله تعالى: {وَهُمۡ فِي غَفۡلَةٖ مُّعۡرِضُونَ ١} [الأنبياء: 1]

  "Sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya)". QS al-Anbiyaa: 1.[2]

Sedangkan menurut pengertian secara syar'I adalah hilangnya perasaan yang seharusnya dia merasakan.[3]

Adapun ar-Raghib al-Ashfahani memberi pengertian dengan mengatakan bahwa Ghoflah adalah lupa yang seseorang tersebut lupa di karenakan sedikitnya daya ingatannya.[4]

Sedangkan al-Jurjani memberikan pengertian dengan mengatakan: "Ghoflah adalah memonitornya hati dari apa yang disukainya".[5]


 SIKAP SYARI'AT TENTANG GHOFLAH

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mencela ghofllah (lalai) ini serta memperingatan supaya tidak terjatuh di dalam golongan orang-orang yang lalai, demikian pula Allah Ta'ala juga telah memperingatkan NabiNya agar tidak termasuk diantara mereka. Allah Ta'ala berfirman:

قال الله تعالى: {وَٱذۡكُر رَّبَّكَ فِي نَفۡسِكَ تَضَرُّعٗا وَخِيفَةٗ وَدُونَ ٱلۡجَهۡرِ مِنَ ٱلۡقَوۡلِ بِٱلۡغُدُوِّ وَٱلۡأٓصَالِ وَلَا تَكُن مِّنَ ٱلۡغَٰفِلِينَ ٢٠٥} [الأعراف: 205]

"Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang lalai". QS al-A'raaf: 205.

Dan Allah Azza wa jalla juga telah melarang kita semua agar tidak berteman dengan orang-orang yang lalai, Allah Ta'ala berfirman:

قال الله تعالى: {وَٱصۡبِرۡ نَفۡسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ رَبَّهُم بِٱلۡغَدَوٰةِ وَٱلۡعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجۡهَهُۥۖ وَلَا تَعۡدُ عَيۡنَاكَ عَنۡهُمۡ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَلَا تُطِعۡ مَنۡ أَغۡفَلۡنَا قَلۡبَهُۥ عَن ذِكۡرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمۡرُهُۥ فُرُطٗا ٢٨} [الكهف: 28]

"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas". QS al-Kahfi: 28.

Allah Ta'ala juga telah mencela kaum yang lalai dalam kesehariannya, Allah Azza wa jalla berfirman:

قال الله تعالى: {يَعۡلَمُونَ ظَٰهِرٗا مِّنَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَهُمۡ عَنِ ٱلۡأٓخِرَةِ هُمۡ غَٰفِلُونَ ٧} [الروم: 7]

"Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai". QS ar-Ruum: 7.

Termasuk di antara orang-orang yang lalai adalah  golongan orang-orang kafir, hal itu sebagaimana yang Allah Ta'ala firmankan dalam kitabNya:

قال الله تعالى: {مَن كَفَرَ بِٱللَّهِ مِنۢ بَعۡدِ إِيمَٰنِهِۦٓ إِلَّا مَنۡ أُكۡرِهَ وَقَلۡبُهُۥ مُطۡمَئِنُّۢ بِٱلۡإِيمَٰنِ وَلَٰكِن مَّن شَرَحَ بِٱلۡكُفۡرِ صَدۡرٗافَعَلَيۡهِمۡ غَضَبٞ مِّنَ ٱللَّهِ وَلَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٞ ١٠ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمُ ٱسۡتَحَبُّواْٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا عَلَى ٱلۡأٓخِرَةِ وَأَنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡكَٰفِرِينَ ١٠٧ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ طَبَعَ ٱللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ وَسَمۡعِهِمۡ وَأَبۡصَٰرِهِمۡۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡغَٰفِلُونَ ١٠٨} [النحل: 106- 108]

"Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah Dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir Padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, Maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. yang demikian itu disebabkan karena Sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir. mereka Itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka Itulah orang-orang yang lalai". QS an-Nahl: 106-108.

Kecelakaan yang sangat bagi orang yang lalai sampai ajal menjemputnya, Allah Ta'ala berfirman:

قال الله تعالى: {وَأَنذِرۡهُمۡ يَوۡمَ ٱلۡحَسۡرَةِ إِذۡ قُضِيَ ٱلۡأَمۡرُ وَهُمۡ فِي غَفۡلَةٖ وَهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ ٣٩} [مريم: 39]

"Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman". QS Maryam: 39.

Diriwayatkan dari Abu Sa'id semoga Allah meridhoinya berkata telah bersabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam: "Pada hari kiamat didatangkan kematian (dipermisalkan) seperti kambing betina, (kemudian) di berhentikan antara surga dan neraka. Maka diserulah (penghuni surga): "Wahai penghuni surga tahukah kalian apa ini? Maka mereka memperhatikan dan melihatnya lalu berkata: "Ia, (kami tahu)  ini adalah kematian. Kemudian di serulah (penghuni neraka): "Wahai penghuni neraka tahukah kalian apa ini? Maka mereka memperhatikan serta melihatnya lalu berkata: "Ia, (kami tahu) ini adalah kematian". Lalu di katakan: "Kemudian di perintahkan kematian tersebut (agar) di sembelih". Kemudian beliau melanjutkan: "Kemudian diseru (kepada penghuni surga dan neraka). Wahai penghuni surga kekallah kalian (sekarang) tidak ada lagi kematian, wahai penghuni neraka kekallah kalian (sekarang) tidak ada lagi kematian". Abu Sa'id berkata: "Kemudian Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam membaca firman Allah Ta'ala:

قال الله تعالى: {وَأَنذِرۡهُمۡ يَوۡمَ ٱلۡحَسۡرَةِ إِذۡ قُضِيَ ٱلۡأَمۡرُ وَهُمۡ فِي غَفۡلَةٖ وَهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ ٣٩} [مريم: 39]

"Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman". QS Maryam: 39. kemudian beliau mengisyaratkan dengan tangannya kedunia". HR Bukhari no: 4730. Muslim no: 2849.

                               MACAM-MACAM GHOFLAH

Ghoflah (lalai) di bagi menjadi dua:

         Pertama      : Ghoflah (lalai) yang terpuji.

         Kedua          : Ghoflah (lalai) yang tercela.                              

 GHOFLAH (LALAI) YANG TERPUJI

Yaitu lalai dan tidak peduli dari maksiat dan kemungkaran dan dari setiap yang tidak di ridhoi oleh Allah Subahanahu wa Ta'ala, dan inilah yang di sifati oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dari perempuan-permpuan yang menjaga kehormatannya, sebagaimana dalam firmanNya:

قال الله تعالى: {إِنَّ ٱلَّذِينَ يَرۡمُونَ ٱلۡمُحۡصَنَٰتِ ٱلۡغَٰفِلَٰتِ ٱلۡمُؤۡمِنَٰتِ لُعِنُواْ فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِ وَلَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٞ} [النور: 23]

"Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la'nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar". QS an-Nuur: 23.

Dan maksud dari perempuan-perempuan yang lalai dalam ayat di atas adalah mereka para wanita baik-baik yang lalai (tidak terlintas) dalam fikiran mereka untuk berbuat zina, dan tidak ada keinginan untuk melakukannya.


 GHOFLAH ( LALAI) YANG TERCELA

Maksudnya adalah lalai dari Allah Ta'ala, enggan untuk taat kepadaNya serta lalai tidak pernah mengingatNya. Dan melalaikan negeri akhirat (akan adanya) balasan dan perhitungan.

Jenis ghoflah (lalai) inilah yang akan kami bahas dalam buku kita kali ini.

 MACAM-MACAM LALAI YANG TERCELA

Maha benar Allah dengan segala firmanNya ketika Dia mensifati bahwa kebanyakan dari makhlukNya adalah orang-orang yang lalai, hal itu sebagaimana dalam firmanNya:

قال الله تعالى: {ٱقۡتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمۡ وَهُمۡ فِي غَفۡلَةٖ مُّعۡرِضُونَ ١} [الأنبياء: 1]

"Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya)". QS al-Anbiya: 1

Adapun bagi lalai yang tercela ini terbagi menjadi tiga:

Pertama: Lalai yang (terkadang) muncul.

Pada suatu waktu terkadang perasaan lalai ini muncul pada sebagian orang-orang sholeh namun kelalaian mereka sangatlah sedikit dan cepat sekali hilangnya. Dengan cepatnya mereka sadar akan kelalaianya, teringat balasan serta hari perhitungan yang akan mereka hadapi, lantas dengan cepatnya pula mereka bertaubat dan kembali kepada Allah Ta'ala, sebagaimana tergambar dalam firmanNya:

قال الله تعالى: {إِنَّ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوۡاْ إِذَا مَسَّهُمۡ طَٰٓئِفٞ مِّنَ ٱلشَّيۡطَٰنِ تَذَكَّرُواْ فَإِذَا هُم مُّبۡصِرُونَ ٢٠١} [الأعراف: 201]

"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, Maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya". QS al-A'raaf: 201.

Kedua: Lalai yang muncul berkali-kali.

Yaitu lalai yang sifatnya menetap pada kehidupan para ahli maksiat dan orang-orang fasik dari kalangan kaum muslimin ketika mereka (dalam) keadaan berbuat maksiat, baik perbuatan maksiat mereka sedikit maupun banyak. Maka bisa kita lihat terkadang mereka lalai  (terjerumus dalam kemaksiatan) dan terkadang mereka sadar akan kelalaiannya. Pada waktu tertentu mereka lupa akan diri-diri mereka kemudian pada kesempatan lain mereka sadar akan kelalaiannya.

Adapun yang menjadi kewajiban bagi kita semua adalah harus ada yang selalu mengingatkan mereka pada setiap saat sampai mereka sadar dan mau berpegang teguh di jalan yang lurus, jalanNya Allah Subhanahu wa ta'ala.

Ketiga: Lalai yang sempurna (kebablasan).

 Jenis kelalaian ini terdapat pada kehidupan orang-orang kafir,  sesunguhnya mereka dalam keadaan lalai yang sempurna tidak sadar akan kelalaianya, mereka lalai akan adanya Allah Ta'ala dan hari akhir sampai mereka (diperumpamakan) oleh Allah seperti binatang ternak yang tidak tahu untuk apa sesungguhnya di ciptakan di dunia ini, untuk apa mereka hidup didunia ini, hal itu sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Ta'ala dalam kitabNya:

قال الله تعالى: {وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ يَتَمَتَّعُونَ وَيَأۡكُلُونَ كَمَا تَأۡكُلُ ٱلۡأَنۡعَٰمُ وَٱلنَّارُ مَثۡوٗى لَّهُمۡ ١٢}[محمد: 12]

"Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka Makan seperti makannya binatang. dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka". QS Muhammad: 12.

Bahkan mereka didalam kelalaianya seperti halnya orang-orang yang mabuk tidak tahu lagi apa yang ada disekeliling mereka tidak tahu lagi apa yang mereka katakan, seperti yang Allah Ta'ala firmankan:

قال الله تعالى: {لَعَمۡرُكَ إِنَّهُمۡ لَفِي سَكۡرَتِهِمۡ يَعۡمَهُونَ ٧٢} [الحجر: 72]

"(Allah berfirman): "Demi umurmu (Muhammad), Sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan)". QS al-Hijr: 72.

Adapun cara agar mereka sadar dari kelalaian serta agar dapat mengeluarkan mereka dari kekafirannya adalah dengan mendakwahi mereka untuk menerima dan masuk kepada agama yang haq ini dengan selalu berusaha agar mereka mau masuk kepada agama Islam.


 SEBAB-SEBAB YANG MENJADIKAN ORANG LALAI

  1. Ingin cepat-cepat melepaskan lelah (tidak mau gerak), santai.

Kebanyakan yang diinginkan oleh manusia dan yang banyak terjadi pada manusia pada zaman ini adalah terburu-burunya mereka untuk meletakkan badan (tidak mau gerak, ingin santai terus menerus) dan terlalu memanjakan badan mereka baik pada waktu siang maupun malam harinya, inilah kebiasaan yang biasa dilakukan dalam keseharian mereka. Sehingga mereka tidak tahu bahwa santainya badan yang mereka cari akan menyebabkan kerugian bahkan kelelahan (hati) tanpa mereka sadari. Maka sesungguhnya santai dengan sambil memanjakan badan yang hakiki hanya ada pada kelelahan diri dengan mengerjakan fadhail amalan-amalan yang akan menambah kekautan Imaniyah serta menerapkan serta mengamalkan akhlak-akhlak Islamiyah dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh seorang penyair:

يا متعب الجسم كم تسعى لراحته

أتعبت جسمك فيما فيه خسران

أقبل على الروح واستكمل فضائلها

فأنت بالروح لا بالجسم إنسان

Wahai orang yang letih untuk memanjakan diri

Engkau telah memanjakannya dengan kerugianmu

Lihatlah rohmu dan sempurnakan dengan kemuliaannya

Sesungguhnya nilai manusia ada pada rohmu bukan dengan badanmu

  1. Bersemangat (yang berlebihan) untuk menggapai kelezatan dunia.

Sesungguhnya semangat yang berlebihan dan dorongan yang sangat kuat agar dapat menikmati kelezatan dunia dan isinya adalah salah satu sebab dari sebab-sebab seseorang lalai dari Allah Ta'ala dan negeri akhirat dalam kehidupannya, maka sebab utamanya adalah menyia-yiakan kewajiban yang telah di bebankan kepadanya sebagai makhluk yang di ciptakan untuk ibadah dan bergelimangnya dalam kemunkaran serta kemaksiatan dan hal-hal yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa ta'ala.

Seorang penyair mengatakan:

نهَاَرُكَ يَا مَغْرُورُ سَهْوٌ وَغَفْلَةٌ

                وَلَيْلُكَ نَوْمٌ وَالرَّدَى لَكَ لَازِمُ

وَتَتْعَبُ فِيمَا سَوْفَ تَكرَهُ غِبَّهُ

                   كَذَلِكَ فِي الدُّنْيَا تَعِيشُ البَهَائِمُ

Wahai diri yang telah tertipu, harimu hanya diisi dengan kelalaian

Sedangkan malammu hanya diisi dengan tidur panjang

Kamupun merasa letih, dan itu kamu benci ketika tidak mendapatkannya

Demikianlah hidupnya para binatang ternak didunia [6]

Mereka begitu bersemangat untuk bisa mendapatkan kelezatan dunia dengan segala macam bentuk dan jenisnya. Dan selalu berusaha agar mendapatkannya sampai-sampai hatinya mati (tidak bisa merasakan iman) dan lalai dari mengingat Allah Ta'ala dan pertemuanNya nanti pada hari kiamat sebagaimana yang telah Allah janjikan kepada makhlukNya.

  1. Hilangnya perasaan bersalah ketika melakukan perbuatan maksiat dan dosa.

Pada hakekatnya orang-orang yang telah terjatuh dalam kelalaian sesungguhnya mereka telah mati perasaan dan hilangnya rasa bersalah bilamana mereka melakukan perbuatan dosa, dan ini kebanyakan yang terjadi dikalangan mereka orang-orang yang lalai, bahkan sampai ada di antara mereka yang beranggapan masih dalam kebaikan yang berkecukupan tidak merasa terkurangi sedikitpun, kemudian mereka dikejutkan ketika dibuka tabir penutup dosa pada hari perhitungan nanti.

أما والله لو علم الأنام لما   *   خلقوا لما غفلوا وناموا

لقد خلقوا لما لو أبصرته   *   عيون قلوبهم تاهوا وهاموا

ممات ثم قبر ثم حشر      *     وتوبيخ وأهوال عظام

 Duhai kalau sekiranya manusia mengetahui

kenapa mereka diciptakan, tentu mereka tidak akan lalai

Mereka diciptakan, kalau mau merenunginya

Dengan mata hati tidaklah mereka menyia-yiakan

Adanya kematian, kubur lalu di giring ke padang masyhar

Membawa kehinaan dengan tulang yang berserakan

  1. Mengikuti hawa nafsu.

Sesungguhnya mengikuti hawa nafsu akan mengantarkan kepada kelalain, lalai kepada Allah Azza wa jalla dan kampung akhirat. Allah Ta'ala berfirman:

قال الله تعالى: {وَأَمَّا مَنۡ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ وَنَهَى ٱلنَّفۡسَ عَنِ ٱلۡهَوَىٰ ٤٠ فَإِنَّ ٱلۡجَنَّةَ هِيَ ٱلۡمَأۡوَىٰ} [النازعات: 40، 41]

"Dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya)".  QS an-Nazi'at: 40-41.

Dan Allah Subhanahu wa ta'ala telah menjadikan para pengekor hawa nafsu sebagai penentang kebenaran, dan dimasukan kedalam golongan orang-orang yang menentang kebenaran, hal itu sebagaimana yang difirmankan dalam firmanNya:

قال الله تعالى: {يَٰدَاوُۥدُ إِنَّا جَعَلۡنَٰكَ خَلِيفَةٗ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَٱحۡكُم بَيۡنَ ٱلنَّاسِ بِٱلۡحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ ٱلۡهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَضِلُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ لَهُمۡ عَذَابٞ شَدِيدُۢ بِمَا نَسُواْ يَوۡمَ ٱلۡحِسَابِ ٢٦} [ص: 26]

"Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan". QS Shaad: 26.

Dari sini bisa kita ketahui bahwa orang-orang yang mengekor hawa nafsunya adalah orang-orang yang telah memilih jalan menuju kelengahan, lalai dari Allah Ta'ala dan akhirat, maka seorang manusia dituntut untuk menjauhi hawa nafsunya sehingga dia bisa selamat dari golongan para pengekor hawa nafsu.

  1. Sibuk dengan pekerjaanya.

Tidak diragukan lagi bahwa seorang laki-laki sebagai kepala rumah tangga maka ia diperintahkan supaya mau bekerja dan mencari rizki yang halal untuk keluarganya, baik  bekerjanya itu dengan cara berdagang atau yang lainnya, hal itu bertujuan guna mencukupi kebutuhan hidup dirinya, keluarganya serta orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya.

Akan tetapi suatu kesalahan yang sangat fatal apabila pekerjaan ini berubah atau berdagangnya tersebut berubah menjadi sebab dari sebab-sebab kelengahan dirinya dari mengingat Allah Ta'ala dan negeri akhirat. Sehingga pekerjaannya menjadi tujuan utama yang menyibukan dirinya, lalai akan Allah Azza wa jalla.

Sedangkan orang-orang yang beriman memiliki sifat, diantara sifat tersebut adalah bahwasannya mereka tidak lalai dari Allah Subahanhu wa ta'ala dengan sebab perdagangan dan pekerjaan. Allah Ta'ala berfirman:

قال الله تعالى: {فِي بُيُوتٍ أَذِنَ ٱللَّهُ أَن تُرۡفَعَ وَيُذۡكَرَ فِيهَا ٱسۡمُهُۥ يُسَبِّحُ لَهُۥ فِيهَا بِٱلۡغُدُوِّ وَٱلۡأٓصَالِ ٣٦ رِجَالٞ لَّا تُلۡهِيهِمۡ تِجَٰرَةٞ وَلَا بَيۡعٌ عَن ذِكۡرِ ٱللَّهِ وَإِقَامِ ٱلصَّلَوٰةِ وَإِيتَآءِ ٱلزَّكَوٰةِ يَخَافُونَ يَوۡمٗا تَتَقَلَّبُ فِيهِ ٱلۡقُلُوبُ وَٱلۡأَبۡصَٰرُ ٣٧} [النور: 36، 37]

"Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang. laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sholat, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang". QS an-Nuur: 36-37.

  1. Permainan dan olah raga.

Ini adalah salah satu penyebab terbesar dari lalainya seseorang oleh karena itu Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam telah memperingatkan agar tidak tenggelam didalam permainan yang mana sudah ada pada zamannya, dan beliau jelaskan bahwa hal tersebut adalah penyebab dari kelalaian.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas semoga Allah meridhoi keduanya dari Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang tinggal dipegunungan maka (sikapnya) menjadi keras (tidak paham sopan santun.pent), siapa yang mengikuti (sibuk) dengan hewan buruan maka dia (akan) lalai, dan barangsiapa yang senang mendatangi pintu penguasa (suka menjilat) maka dia akan terkena fitnah". HR Abu Dawud no: 2859 di shahihkan oleh al-Albani.

Al-Hafidhz Ibnu Hajar mengatakan: "Dalam hadits ada kemungkinan (maksudnya) adalah bagi orang yang terbiasa (sehari-harinya) melakukan hal tersebut sehingga dia tersibukkan dari perbuatan yang lain dari kewajiban dan amalan-amalan keagamaan lainnya".[7]

Barangsiapa yang sudah terbiasa tersibukan dengan sebuah permainan atau olah raga, sehingga yang terlintas dalam fikirannya adalah  perbuatan tersebut maka sungguh hatinya akan lalai, lupa untuk mengerjakan sholat, lalai tidak mengingat Allah, lengah kepada ketaatan, enggan untuk membiasakan dirinya sholat secara jama'ah di masjid serta keburukan yang lainnya.

Jika dalam hadits diatas dijelaskan bahwa hanya sekedar mengikuti (mengejar) hewan buruan saja akan mengantarkan kepada kelalaian, yang mana kita ketahui bersama bahwa dalam berburu ada kebaikan yang bisa didapatkan yaitu bisa untuk memperkuat badan, membuat badan menjadi sehat, kuat sehingga bisa membantu untuk persiapan jihad, lantas bagaimana kiranya dengan permainan-permainan elektronik?! Tentu madharat serta keburukan yang dihasilkan lebih besar serta larangannya pun lebih keras lagi, karena akan mengantarkan seseorang lalai akan Allah Ta'ala dan negeri akhirat.

Sungguh permainan elektronik dengan segala macam bentuknya, yang ada pada zaman kita kali ini adalah termasuk sebab terbesar menjadikan seseorang menjadi lalai, di karenakan semua itu adalah perbuatan sia-sia yang paling banyak menghabiskan waktu yang tiada menghasilkan manfaat. Dan tidaklah ada alat permainan yang baru melainkan sebuah sarana yang akan menjadikan hati tersebut hidup dalam kelalaian selama-lamanya. Dengan sebab permainan elektronik ini akan banyak sekali waktu yang terbuang sia-sia, menghancurkan umur tanpa memberikan faidah yang berarti.

Adapun perusahaan maka yang mereka lakukan adalah berusaha saling bersaing untuk bisa memenuhi persaingan pasar, lantas seberapa besar kerusakan yang ada pada permainan ini?! Berapa besar waktu yang terbuang dari umur yang dimiliki oleh anak-anak kita dan para pemuda kita?!

Ketika sudah asyik dengan sebuah permainan, baik dengan alat elektronik yang baru maka dia tidak hanya menghabiskan waktunya satu jam namun bisa berjam-jam yang dia habiskan bahkan ada yang sampai satu hari penuh diisi dengan bermain, dengan alat yang memabukan ini. Yang lebih parah lagi sampai hari-harinya diisi dengan alat ini. Dan sesungguhnya permainan elektronik yang baru tidak membikin cepat bosan dalam satu jam atau dua jam, namun dia seperti bius yang membius orang yang sudah terbiasa dengan permainan elektronik.

Karena biasanya sebuah permainan apapun jenisnya, biasanya untuk bisa mencapai puncak permainan tersebut bukan hanya cukup sekedar bermain sekali atau dua kali namun bagi yang biasa memainkan permainan tersebut dia harus terus menerus bermain sampai bisa mencapai puncaknya.  Dan jika dia telah mampu menaklukan permainan pertama maka dipasar sudah ada menunggu episode yang kedua dan ketiga begitu seterusnya sampai dia seperti candu yang tidak bisa dihentikan. Tatkala telah selesai satu kaset maka yang lainnya sudah ada menunggu sebagai kelanjutan yang pertama, dan jika telah selesai satu permainan maka ada permainan yang baru, begitu seterusnya tanpa ada hentinya.

Dan sebab manusia terbius dengan jenis permainan elektronik ini adalah dikarenakan derasnya tayangan dari sebagian televisi yang menayangkan serta mengiklankan jenis-jenis permainan sehingga ada salah satu chanel televisi yang khusus menayangkan serta menawarkan jenis permainan tertentu.

Adapun yang menjadi pertanyaan adalah apa yang bisa diambil manfaatnya oleh anak-anak kita dengan permainan elektronika tersebut?

Sesungguhnya anak-anak kita tidak bisa mengambil manfaat apa-apa kecuali hanya tegangnya urat syaraf, jari-jemarinya yang rusak dikarenakan terlalu seringnya memencet tombol, lemahnya penglihatan, dan fikiran mereka, ditambah lagi dengan lalai dari waktu dan segalanya dikarenakan lamanya mereka duduk didepan layar dengan waktu yang sangat lama.

Duhai sekiranya kalau hanya perkaranya sampai disitu bahkan ada sebagian permainan yang lebih parah  yang sudah menanamkan kesyirikan, dengan tidak langsung telah menanamkan rasa cinta kepada kesyirikan dan pelakunya dihati anak-anak kita.

Ada sebuah kisah nyata diceritakan bahwa ada salah seorang ibu yang melarang anaknya yang masih kecil agar tidak terus menerus bermain dengan permainan elektronik tersebut, namun ibunya dikejutkan dengan perkataannya, sambil berteriak anak itu mengatakan: "Tinggalkan saya bermain! Saya berjanji tidak akan masuk kegereja lagi?!.

Maka ibunya tersebut terkejut dengan perkataanya! Apa kaitannya gereja dengan permainan ini?! Dan ketika dilihat maka terbongkarlah bahwa dalam permainan tersebut jika tokoh yang ada dalam permainan itu sudah lemah atau turun derajatnya maka dia langsung masuk ke geraja agar menjadi kuat dan naik lagi derajatnya dan kembali sehat seperti sedia kala sehingga bisa meneruskan permainan kembali.

Apakah kita akan menyepelekan urusan ini setelah kejadian dan bukti yang konkrit tentang permainan ini akan masa depan anak-anak kita!!.

Betapa banyak sebab dan madharat (kerusakan) dari alat permainan ini yang menjadikan terbuang sholat lima waktu yang  berturut-turut atas mereka?!

Betapa banyak waktu serta umur mereka yang hilang begitu saja tanpa adanya dzikir kepada Allah Azza wa jalla dan kesibukan dalam ketaatan kepadaNya?!.

Tidakkah kita ketahui bersama bahwa alat-alat permainan ini akan menyibukan anak-anak kita dari menghafal al-Qur'an?!. Dan juga akan menjadikan mereka sibuk dengannya sehingga tidak lagi peduli dengan yang namanya berbakti serta patuh kepada orang tua?!.

Bahkan yang lebih menakjubkan lagi dari itu bahwa alat-alat permainan tersebut akan menjadikan mereka lupa untuk makan dikarenakan sibuknya dengan permainan, sedangkan makanan adalah kebutuhan pokok mereka untuk pertumbuhan dan kesehatan!!.

  1. Ingin menghibur diri (memanjakan diri) dan gaya hidup yang mewah.

Pada zaman sekarang gaya hidup yang mewah serta keinginan untuk selalu menyenangkan diri dapat terwujud dengan banyaknya tempat-tempat untuk bertamasya dan berekreasi yang  kebanyakan dibuat dengan teknologi yang modern dan canggih yang semua itu menjadikan manusia diatas kelalaian yang besar.

Dan gaya hidup mewah tersebut mencakup jalan-jalan keluar negeri, makan dilestoran yang mewah, makan dengan segala macam jenis makanan yang ada, yang sekarang sudah menjadi kebiasaan orang-orang mewah sehingga mereka habis waktunya hanya untuk sekedar menghidangkan serta menikmatinya.

Lihatlah kepasar serta supermarket bagaimana sibuknya manusia didalam mencari bahan untuk makan sehari-hari, mereka datang untuk membeli kebutuhan bahan pokok yang diinginkan tersebut.

  1. Lebih condong kedunia.

Tidak diragukan lagi bahwa termasuk penyebab seseorang menjadi lalai adalah cintanya ia kepada dunia dan condongnya hati kepada dunia, dikarenakan hal itu akan mengantarkan seseorang untuk melupakan introspeksi diri, enggan untuk mengoreksi apa yang semua telah dilakukan, menjadikan seseorang panjang angan-angannya mengharap kesenangan dan kemewahan yang terus menerus dan menjadikan enggan untuk bertaubat.

Kalau sekiranya ia keluarkan dalam hatinya kecintaan kepada dunia tidaklah mungkin ia akan lalai dari Allah Ta'ala dan kampung akhirat, dan  ia akan mengetahui bahwa dunia adalah tempat persinggahan bukan tempat untuk tinggal yang kekal, semuanya bisa didapat ketika dia mau melepas semua syahwatnya dan kemewahan hidup.

  1. Bergaul dengan orang-orang yang lalai.

Bergaul dengan orang-orang yang lalai adalah termasuk sebab terbesar menjadikan seseorang ikut menjadi lalai, hal itu sebagaimana yang Allah Ta'ala firmankan dalam al-Qur'an:

قال الله تعالى: {وَٱصۡبِرۡ نَفۡسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ رَبَّهُم بِٱلۡغَدَوٰةِ وَٱلۡعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجۡهَهُۥۖ وَلَا تَعۡدُ عَيۡنَاكَ عَنۡهُمۡ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَلَا تُطِعۡ مَنۡ أَغۡفَلۡنَا قَلۡبَهُۥ عَن ذِكۡرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمۡرُهُۥ فُرُطٗا ٢٨} [الكهف: 28]

"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas". QS al-Kahfi: 28.

Allah Ta'ala juga berfirman:

قال الله تعالى: {وَلَا تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ نَسُواْ ٱللَّهَ فَأَنسَىٰهُمۡ أَنفُسَهُمۡۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ ١٩} [الحشر: 19]

"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik". QS al-Hasyr: 19.

Syaikh as-Sa'di mengatakan dalam tafsirnya akan ayat diatas: "kecelakaan sungguh celaka bagi seorang hamba (untuk tidak mengetahui) tentang perkara ini, sehingga ia menyerupai dengan orang-orang yang lupa dengan Allah dan lalai dari mengingatNya serta enggan mengerjakan apa yang sudah menjadi kewajibannya, mereka hanya berharap dengan nasib yang baik atas mereka dan hawa nafsunya namun mereka tidak mungkin berhasil tidak pula akan tercapai apa yang diharapkannya, tapi yang  terjadi adalah Allah akan melupakan mereka apa yang menjadi kebutuhan serta keinginan mereka, melalaikan mereka, maka perkaranya menjadi melampaui batas, sehingga mereka kembali dalam keadaan merugi dunia akhirat dan dalam keadaan mendzalimi diri mereka yang tidak mungkin mereka dapati, tidak ada penggantinya dikarenakan mereka adalah orang-orang yang fasik, orang yang telah keluar dari ketaatan kepada Rabbnya serta menghabiskan umurnya didalam perbuatan maksiat, lalu apakah sama keadaannya dengan orang yang selalu menjaga ketakwaan kepada Allah Ta'ala serta memperhatikan apa yang akan dilakukan untuk hari esok, maka merekalah orang-orang yang pantas untuk mendapatkan surga yang penuh dengan kenikmatan dan kehidupan yang selamat, akan dikumpulkan bersama dengan orang-orang yang telah Allah beri nikmat atas mereka dari para Nabi dan orang-orang yang jujur, para syuhada, serta orang-orang yang sholeh. Dan siapa yang lalai dari mengingat Allah, melupakan hak-hakNya, maka sengsaralah ia didunia sedangkan di akhirat nanti ia berhak  untuk mendapat adzabNya yang pedih. Maka golongan yang pertama adalah golongan yang beruntung adapun golongan yang kedua adalah golongan yang merugi".[8]

  1. Terlalu banyak mengerjakan hal-hal yang mubah.

Kelalaian bisa terjadi dengan terlalu banyak mengerjakan dan menyibukan dengan hal-hal yang mubah karena hal tersebut akan menjadikan hati menjadi keras.

Dan perhatikanlah keadaan manusia pada zaman sekarang, maka akan engkau dapati bahwa kebanyakan yang menjadi kesungguhan mereka adalah pada hal-hal yang mubah yang semua itu akan menjadikan mereka lalai dari Allah Azza wa jalla dan negeri akhirat.

Apa yang akan terjadi bagi seseorang yang bolos dari tempat kerja sepanjang hari lalu keluar untuk makan siang yang di ikuti setelah dengan tidur siang, dan jika terbangun lantas pergi ke istirahat (vila) nya, atau pergi berlibur ke tempat rekreasi bersama dengan teman-temannya atau bersama keluarganya sampai hari pergi sedangkan ia hanya sibuk dengan perkara-perkara mubah seperti ini.

Kehidupan semacam apakah ini?!, lantas apa yang bisa diharapkan bagi orang yang kehidupannya seperti ini dalam kesehariannya?!.

 BEBERAPA CONTOH KELALAIAN YANG DILAKUKAN OLEH SEBAGIAN MANUSIA

Banyaknya orang yang lalai pada zaman kita ini, dan ada begitu banyaknya penyebab yang menjadikan orang menjadi lalai, maka sudah menjadi haknya seorang yang beriman agar mau memberi nasehat kepada saudaranya sesama muslim tentang perkara ini dengan harapan mereka mau menerimanya serta bisa mengambil manfaat dari nasehat ini.

Dan dianatara perkara-perkara yang manusia lalai darinya:

  1. Lalai dari mempelajari agama Allah Subhanahu wa ta'ala.

Bodoh dengan agama Allah Subhanahu wa ta'ala adalah penyebab seseorang mudah melakukan perbuatan dosa sedangkan dosa adalah penyebab kerasnya hati, dan dengan sebab itulah seorang hamba terkena penyakit lalai dari Allah Ta'ala dan kampung akhirat.

Karena bagaimana mungkin seseorang akan takut akan hari pembalasan sedangkan dia adalah orang bodoh tidak paham tentang shiroth (titian.pent) dan mizan (timbangan.pent)!!.

Bagaimana dia akan takut tentang su'ul khotimah (akhir yang buruk) sedangkan dia tidak tahu bahwa jiwa-jiwa hamba berada dijari-jemarinya Allah Ta'ala yang membolak-balikan sesuai kehendakNya!!.

Kebodohan semacam inilah yang akan mengantarkan perpecahan diantara sesama muslim dan menyebabkan mereka hidup didalam kesesatan serta taklid buta. Dan tanpa disadari terkadang bisa mengantarkan orang-orang yang bersih terjerumus didalam perbuatan dosa.

Diriwayatkan dari al-Qodhi Abu Bakar Bin al-Arabi al-Maki kisah yang menunjukan bahwa memungkinkan kebodohan bisa menimpa siapa saja, beliau mengisahkan: "Pada suatu hari Syaikh Thurthusi salah seorang ulama pada zamannya dari negeri andalus[9] (sepanyol sekarang) berkunjung, beliau masuk lalu sholat pada sebuah masjid perbatasan, dan didalam masjid tersebut ada Ibnul Arabi. Maka sholatlah syaikh Thurthusi sholat sunah, dan adalah beliau mengangkat kedua tangannya bersamaan dengan takbir ruku' dan manakala bangun dari ruku'. Adapun tentang mengangkat kedua tangan ini maka telah datang riwayat yang shahih dari Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam, namun ada riwayat di dalam madzhab malikiyah yang masyhur dikalangan mereka yang menyebar dinegeri andalus yaitu tidak mengangkat kedua tangan pada kedua tempat didalam sholat di atas. Ketika syaikh Thurthusi melakukan hal tersebut (dan beliau adalah salah seorang yang mengikuti sunah) yang mana hal tersebut menyelisihi pendapat madzhab yang telah masyhur dikalangan mereka, maka ada salah seorang pemimpin (pasukan) dari angkatan perang laut yang mengingkari dengan keras permasalahan ini, dan Ibnul Arabi ada disebelahnya menunggu syaikh selesai sholat, lalu komandan tersebut memerintahkan kepada sebagian pasukannya supaya mendekat kepada syaikh Thurthusi agar membunuhnya lalu melempar jenazahnya kelaut!!.

Maka Ibnul Arabi berkata: "Maka terlintas dalam hatiku antara kebimbangan. Lantas saya berkata: "Subhanallah! Ini adalah Thurthusi seorang yang faqih pada zaman ini".

Maka mereka mengatakan kepadaku: "Lalu kenapa dia (syaikh Thurthusi) mengangkat kedua tangannya?!.

Setelah selesai maka syakih menjelaskan bahwa itu adalah sunah dari Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam, adapun permasalahan mengangkat kedua tangan pada saat ruku' dan bangun dari ruku' adalah salah satu pendapat dari malikiyah namun bukan pendapat yang masyhur dikalangan madzhab. Tidaklah beliau menjelaskan kecuali mereka telah mengerti dan paham.[10]

Lihatlah! Bagaimana mungkin seseorang yang bodoh menjadikan dirinya dalam kelalaian sampai-sampai menghalalkan darahnya seorang muslim untuk dibunuh!! Yang mana beliau (syaikh) di atas kebenaran dan di atas sunah, ini semua penyebabnya adalah bodoh dengan agama Allah Ta'ala.

  1. Lalai dari kitabullah (al-Qur'an).

Yaitu lalai dari mempelajarinya, mengajarkannya serta menghafalnya, padahal Nabi muhammad Shalaallahu 'alaihi wa sallam sangat menganjurkan kita atas yang demikian itu semua.

Maka orang yang mahir (pandai) membaca al-Qur'an maka mereka akan di kumpulkan bersama orang yang berwajah putih berseri-seri serta memiliki kemuliaan. 

Dan adapun penghafal al-Qur'an maka mereka akan di angkat derajatnya pada hari kiamat sesuai dengan seberapa banyak ayat yang di hafalnya.

Dan al-Qur'an pada hari kiamat nanti akan datang memberi safa'at kepada pembacanya sebagaimana para pembaca al-Qur'an akan memberi safa'at kepada keluarganya.

Dan masih banyak lagi kemulian serta keutamaan bagi para penghafal al-Qur'an dan orang-orang yang mau mempelajarinya akan tetapi kebanyakan manusia lalai dan lengah akan keutamaan tersebut.

  1. Lalai dari dzikir kepada Allah Ta'ala.

Berdzikir kepada Allah Azza wa jalla adalah merupakan bekal yang mana orang-orang yang bertakwa berbekal dengannya dan merupakan kebiasaan bagi orang-orang yang sholeh.

Berdzikir merupakan kekuatan hati, penambah umur, dengannya bisa menolak segala macam kesusahan dan lebih mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala dan para pelakunya akan dimasukan ditaman-taman surga.

Berdzikir adalah ibadah hati dan lisan, perhiasan bagi para ahli ibadah, berdzikir juga merupakan pintu Allah yang agung yang dibuka antara diriNya dan hambaNya.

Namun sayang betapa banyak manusia yang lalai dari berdzikir kepada Allah Subhanahu wa ta'ala baik itu dzikir-dzikir yang sifatnya mutlaq (tidak ada batasanya) atau pun dzikir-dzikir yang sifatnya muqoyad (yang ada batasannya)!!.

Ketika pagi hari tiba betapa banyak dari kita yang tidak membaca dzikir di waktu pagi ketika hari telah usai (sore) kita pun banyak yang lalai, tidak membaca dzikir di waktu petang.

Ketika masuk masjid atau keluar dari masjid terkadang tidak terucap darinya sedikitpun dzikir yang berkaitan dengannya.

Demikian pula jika ia masuk atau keluar dari rumahnya maka tidak pernah bibirnya bergerak mengucapkan do'a atupun dzikir kepada Allah Ta'ala.

Jika mendangar ringkihan keledai, atau kokokan ayam, tidak pernah ia berdzikir dengan dzikir-dzikir yang telah shahih yang khusus tentang permasalahan ini yaitu ketika mendengar suara ringkihan keledai dan kokokan ayam.

Maka siapa saja yang keadaanya seperti diatas bagaimana mungkin, dan merupakan suatu yang sangat jarang sekali kalau dia akan berdzikir kepada Allah jika dia mendatangi syahwatnya yang dibolehkan seperti ketika mau makan atau ketika ingin mendatangi keluarganya (jima')!!.

Karena siapa yang lalai dari berdzikir kepada Allah pada tempat-tempat ibadah yang disyariatkan untuk berdzikir maka lebih mungkin lagi dia tidak akan lalai dari berdzikir pada tempat-tempat dia ingin menunaikan syahwatnya.

  1. Lalai dari dzikir-dzikir  (do'a.pent) yang akan menjaga dirinya.

Allah Azza wa jalla telah memperingatkan mereka orang-orang yang telah jatuh dalam kelalaian dari dzikir-dzikir (do'a) kepadaNya terkadang dengan suatu musibah yang menimpa mereka, lantas mereka baru teringat tentang dzikir-dzikir yang ada tersebut, sampai-sampai ada sebagian mereka yang mengatakan: "Duhai sekiranya aku teringat dengan dzikir-dzikir ini!.

Telah shahih diriwayatkan dari Khaulah binti Hakim as-Sulamiyah semoga Allah meridhoi keduanya bahwasannya dia pernah mendangar Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jika salah seorang diantara kalian singgah pada suatu tempat maka ucapkanlah:

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ الله التَامَّاتِ مِن شَرِّ مَا خَلَقَ

"Aku berlindung kepada firman-firman Allah yang paripurna dari kejahatan segala ciptaanNya".

Sesungguhnya kalimat tersebut akan menjaganya serta tidak akan ada yang dapat mencelakainya sampai dia pergi dari tempat tersebut". HR Muslim no: 2708.

Berkata Abul Abbas Ahmad bin Umar al-Qurthubi: "Ini adalah hadits yang shahih dan perkataan yang jujur, adapun bukti akan kejujurannya adalah bukti nyata baik dari sisi pendalilan maupun dari sisi percobaan, sesungguhnya saya semenjak mendengar hadits ini saya langsung mengamalkannya, semenjak itu tidak pernah saya terkena suatu musibah apapun sampai pada suatu ketika saya (kelupaan) sehingga  meninggalkannya yaitu pada suatu malam yang mana pada malam itu saya disengat kalajengking disuatu daerah namanya Mahdiyah, maka saya mencoba mengingat-ingat dalam hati apa sebabnya maka saya teringat bahwa saya telah lupa berlindung kepada Allah dengan kalimat-kalimat (do'a diatas)".[11]

Mungkin kamu pernah mendengar sebuah kisah dari sebagian sahabat dari ahli Madinah Nabawiyah, ada seseorang yang datang kemadinah, dan ia menceritakan bahwasanya ia membaca do'a ini disebuah tempat sebelum pergi menuju kampungnya sekitar 70 kilo, ketika ia sampai di kampungnya dan manakala ia menurunkan penutup kepalanya. Maka ia di tanya oleh anaknya: "Wahai bapakku ada sesuatu yang berwarna hitam dikepalamu? Langsung ia menundukan kepalanya, maka dia terkejut karena dikepalanya ada kalajengking yang tanpa ia sadari telah berada dikepalanya sejauh perjalanan 70 kilo. Dia lalu menceritakan: "Sungguh saya sangat bersyukur karena Allah telah menjagaku dengan sebab do'a ini yang saya ucapkan ketika sore hari pada tempat dimana saya singgah".

  1. Lalai dari niat pada amalan-amalan perbuatan yang di lakukannya.

Telah shahih di riwayatkan dari Umar bin Khatab semoga Allah meridhoinya ia berkata: "Saya pernah mendengar Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Hanyalah amalan-amalan tersebut tergantung dari niat-niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang di niatkannya". HR Bukhari no: 1.

Dan manusia terkadang mereka lupa akan niat ketika sedang mengerjakan kewajiban bahkan adakalanya hal tersebut bisa menjadikan batalnya amalan tersebut dikarenakan ada sebagian amalan-amalan yang sangat membutuhkan (menjadi syarat sahnya.pent) kepada niat.

Adakalanya orang itu lalai berniat di dalam beramal sehingga ketika beramal dia tidak meniatkan untuk meraih pahala sehingga dengan sebab kelalaianya ini ada begitu banyak pahala-pahala yang lewat begitu saja. Dan perlu di ketahui bersama, sesungguhnya jika seorang hamba menghadirkan niat pada setiap amalan-amalan yang mubah, yang akan dikerjakan maka hal itu akan menjadi sebuah pendekatan diri (ibadah) kepada Allah Ta'ala. Sebagai contoh manakala ia membeli barang-barang kebutuhan rumah tangganya, jika ia meniatkan sebagai bentuk ibadah maka hal itu akan bernilai ibadah di sisi Allah dan akan diberi pahala yang besar oleh Allah Ta'ala dengan sebab niatnya.

Demikian pula ketika ia memberi nafkah untuk keluarganya entah itu nafkah yang wajib atau nafkah lainnya. Hal itu sebagaimana yang di riwayatkan dari Abu Mas'ud al-anshori semoga Allah meridhoinya, dari Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam beliau berkata: "Jika seorang mu'min memberi nafkah keluarganya sedangkan ia mengharap kepada Allah dengan amalannya tersebut pahalaNya maka hal itu bernilai shodaqah baginya". HR Bukhari no: 55, Muslim no: 5351.

Terkadang pula ada seseorang bercanda dengan saudaranya atau temannya, tentunya dengan canda atau sendau gurau yang mubah (dibolehkan), sedangkan dia akan mendapatkan pahala jikalau didalam perbuatannya tersebut berniat untuk membikin senang saudaranya sesama muslim, dan bisa jadi perbuatannya tersebut tak bernilai apa-apa, tidak bagi dirinya (dimana tak bernilai disisi Allah) tidak pula bagi saudarnya tersebut, itu jika dia tidak meniatkan apapun dalam perbuatannya tersebut.

Bahkan yang lebih menakjubkan dari semua itu adalah candanya seorang suami bersama dengan istrinya maka hal itu akan memperoleh pahala jika niatnya ikhlas karena Allah Ta'ala, selama ini kita perhatikan betapa banyak orang yang telah lalai akan hal ini! Di riwayatkan dari Abu Dzar semoga Allah meridhoinya dari Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Dan di dalam hubungan suami istri kalian adalah shodaqah". Maka di katakan kepada beliau: "Wahai Rasulallah, apakah salah seorang diantara kami mendatangi syahwatnya, hal tersebut akan memperoleh pahala? Di jawab oleh beliau: "Tidakkah kalian ketahui bagaimana sekiranya kalau dilakukan kepada orang yang tidak halal (bagi kalian), apakah hal itu akan berdosa? Demikian pula jika dilakukan pada orang yang halal (bagi kalian) maka hal itu akan mendapat pahala". HR Muslim no: 1006.

Imam Nawawi mengatakan akan hadits di atas: "Di dalam hadits ini sebagai dalil bahwa hal-hal yang mubah akan menjadi ketaatan dengan sebab niat yang benar, dan hubungan suami istri akan bernilai ibadah jika di niatkan dengannya untuk menunaikan haknya seorang istri dan mempergauli dirinya dengan cara yang baik, yang mana hal tersebut telah di perintahkan oleh Allah Ta'ala, atau meniatkan dengan hubungan tersebut untuk mendapatkan anak, atau untuk menjaga dirinya atau menjaga istrinya agar tidak terjatuh kedalam perbuatan zina serta mencegah keduanya dari melihat sesuatu yang haram, atau berfikir tentang zina atau berkeinginan untuk melakukanya. Dan selainnya dari tujuan-tujuan yang baik (dari hubungan intim) tersebut".[12]

Maka bisa jadi amalan yang sedikit akan menjadi besar dengan sebab niat, dan bisa jadi amalan besar itu akan  menjadi sedikit dengan sebab niat. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ibnul Mubarak.[13]

Di dalam sebuah hadits yang shahih yang di riwayatkan oleh Abu Burdah semoga Allah meridhoinya berkata: "Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah mengutus Abu Musa dan Mu'adz bin Jabal ke negeri yaman, keduanya pun berangkat, maka Mu'adz bertanya kepada Abu Musa: "Bagaimana kiranya engkau membaca al-Qur'an? Abu Musa menjawab: "Saya membacanya ketika saya duduk, sambil berdiri dan di atas hewan tungganganku, dan saya selalu berusaha membaca pada semua keadaanku". (dan Mu'adz) mengatakan kepada Abu Musa: "Adapun saya maka (ada) saat-saat yang saya gunakan untuk tidur dan saya gunakan untuk bangun (sholat), dan saya berharap (meraih pahala) dengan tidurku sebagaimana saya mengharap pahala ketika saya bangun".[14]

Al-Hafidhz Ibnu Hajar berkata menjelaskan perkataanya Abu Mas'ud di atas dengan mengatakan: "Bahwa (maksud dari perkataannya beliau) adalah bahwa beliau mengharap pahala ketika sedang santai sebagaimana ia mengharap pahala ketika sedang capai, karena waktu santai jikalau digunakan untuk membantu agar segar ketika ibadah maka ia akan mendapat pahala (dengan sebab niatnya)".[15]

Sedangkan Imam Nawawi mengatakan: "Bahwa maksud perkataanya beliau adalah bahwa saya tidur dengan niat agar menjadi segar dan tenangnya hati ketika ibadah serta bergairah di dalam mengerjakan ketaatan, dan saya juga berharap pada semua (perbuatanku) itu pahala dari Allah Ta'ala sebagaimana saya mengharap pahala ketika saya terjaga (sholat)".[16]

Berkata Imam Ibnul Qoyim menegaskan keadaan orang yang hatinya selalu teringat Allah Ta'ala dan akhirat maka keadaanya tidak akan jauh dari sesuatu yang nampak dalam amalannya kecuali untuk meraih keridhoanNya, beliau mengatakan: "Jika ia mengerjakan suatu amalan yang sifatnya kegiatan rutinitas biasa yang di kerjakan dalam sehari-harinya maka ia jadikan sebagai ibadah dengan niatnya, berniat sebagai sarana untuk menggapai keridhoan Rabbnya. Maka secara garis besar bisa di tarik kesimpulan bahwa ia  selalu memperhatikan dirinya pada setiap awal pekerjaannya, mengorekasinya, menjadikan dengan amalannya tersebut agar bisa menempuh jalan yang di ridhoi oleh Allah sehingga amalan yang biasa berubah menjadi ibadah dan qurbah (pendekatan diri kepada Allah)".[17]

Dan ringkasan dalam maslah ini bisa kita katakana, sesungguhnya pada setiap orang dalam satu harinya saja ada begitu banyak aktifitas yang dilakukannya, seperti pergi pada pagi harinya menuju ke tempat pekerjaanya, makan, minum, tidur, bergurau dengan teman atau saudaranya, ngobrol, melakukan akad jual beli atau sewa menyewa, maka pada setiap aktifitas ini tidak terlintas pada orang-orang yang lalai, mereka tidak memiliki niat dalam aktifitasnya yaitu niat yang baik ketika melakukannya, selalu mengoreksi hatinya dari niat yang baik ini yang akan menjadikan segala aktifitasnya bernilai ibadah di sisi Allah Azza wa jalla.

  1. Termasuk dari bentuk kelalaian adalah lalai dari tingkatan amal perbuatan sehingga dia menurunkan dari kedudukan yang semestinya.

Sesungguhnya ibadah-ibadah yang telah di tentukan oleh syari'at saling bertingkat-tingkat nilai pahala serta ganjaranya dari beberapa sisi, di antaranya ada yang memang sudah menjadi ibadah yang paling afdhol (baik, utama) dari segala sisi, di antaranya juga ada ibadah yang menjadi utama sesuai dengan waktu,  ada juga yang menjadi utama sesuai dengan tempat, dan begitu seterusnya.

Seperti halnya membaca al-Qur'an maka itu adalah amalan yang paling baik dari sisi mana pun namun ketika ingin masuk masjid maka mendahulukan do'a masuk masjid (itu lebih utama) dari pada membaca al-Qur'an demikian pula ketika akan keluar dari masjid (maka sunahnya adalah membaca do'a keluar masjid), begitu pula kita mendahulukan do'a-do'a pagi dan petang dari membaca al-Qur'an. Begitu seterusnya bahwa setiap amalan akan menjadi utama dan afdhol di lihat dari waktu atau tempat.

Dulu adalah Ibnu Mas'ud semoga Allah meridhoinya seakan-akan tidak pernah berpuasa, dan beliau berkata: "Sesungguhnya aku apabila  berpuasa maka aku juga memperbanyak sholatku ,karena sesungguhnya sholat itu lebih aku sukai dari pada puasa". Dan jika beliau berpuasa maka beliau berpuasa tiga hari pada setiap bulannya.[18]

Maka amalan perbuatan secara umum yang manfaatnya bisa sampai kepada orang lain atau manfaatnya bukan hanya untuk dirinya sendiri maka amalan tersebut lebih utama dari pada amalan yang manfaatnya hanya di peruntukan untuk dirinya sendiri.

Seperti halnya mengajari manusia dengan ilmu yang bermanfaat itu lebih baik dari pada sholat sunah atau puasa sunah jika sholat atau puasa sunah tersebut menyibukan dirinya dari mengajari manusia.

Dan sangat sedikit sekali orang yang mau mengingat keutamaan-keutamaan ini, maka iblis pun tanpa menyia-yiakan kesempatan ini mengambil bagian darinya dengan menyibukkan dirinya dengan perkara-perkara yang lain, dan dalam hal ini iblis pun menang atas anak cucu Adam dari sisi menyibukan mereka dengan amal-amal yang di utamakan dari pada amal yang memiliki keutamaan yang lebih besar, maka sesungguhnya bisa jadi setan membuka 70 pintu dari pintu-pintu kebaikan untuk sampai kepada satu saja dari pintu kejelekan, atau bertujuan untuk memalingkan dari suatu kebaikan yang memiliki keutamaan lebih besar dari pada 70 kebaikan itu dan itu sesuatu yang pasti, hal itu sebagaimana yang di tegaskan oleh Imam Ibnul Qoyim.[19]

Sedangkan Ibnul Jauzi mengatakan: "Sesungguhnya termasuk dari keutamaan sebagian para ulama adalah itsarnya (mendahulukan) dari menulis kitab dari pada sholat dan puasa sunah, atau mengajari manusia dengan ilmu yang bermanfaat, di karenakan hal tersebut akan menumbuhkan hasil yang lebih banyak dan akan senantiasa tersisa manfaatnya sepanjang zaman".[20]

Pernah pada suatu malam syaikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin menghentikan pelajaran secara tiba-tiba, sedangkan pelajarannya tersebut adalah pelajaran yang biasa beliau isi setelah selesai sholat maghrib maka murid-muridnya diam sambil menundukan kepala-kepalanya (menunggu ada apa gerangan), tidak lama kemudian syaikh mengatakan kepada mereka: "Saya mendapati ada sedikit bekas cat yang mengenai tangan saya sedangkan saya telah berwudhu tanpa saya sadari hal itu sampai saya mengerjakan sholat tadi dan duduk untuk mengajar, lalu baru saya ketahui sekarang ini". Lantas beliau meminta izin kepada murid-muridnya kemudian beliau pergi untuk menghilangkan bekas cat tadi lantas berwudhu kembali dan mengulangi sholat maghribnya saja tidak mengulangi sholat sunah setelah maghrib, kemudian kembali ketempat mengajar lantas melanjutkan pelajaranya. Maka ada salah seorang muridnya yang menanyakan kepada beliau kenapa tidak sekalian mengulangi sholat sunah ba'diyah maghrib, maka beliau menjawab: "Ilmu lebih utama untuk di dahulukan (karena manfaatnya bisa sampai kepada orang lain) sedangkan para penuntut ilmu telah berkumpul ada pun waktu maka ia terus berjalan, dan sekarang adalah waktunya untuk pelajaran adapun sholat sunah maka manfaatnya hanya bagi yang mengerjakannya, kalau sekiranya memungkin untuk saya gabungkan maka saya gabung, akan tetapi saya berfikir bahwa pelajaran itu lebih utama dari pada sholat sunah ba'diyah tadi".

Kelalain manusia bukan hanya terbatas dari perkara-perkara yang telah disebutkan di atas tadi. Bahkan di sana ada orang-orang yang lalai dari membenarkan niat, lalai dari amar ma'ruf dan mencegah dari kemunkaran, lalai dari mendakwahi manusia serta mendidik mereka, lalai dari sunah-sunah yang saling berbeda-beda seperti sholat dhuha, sunah rawatib, sholat witir, lalai dari sunahnya duduk dimasjid (sehabis sholat subuh) sampai menjelang terbitnya matahari, dan juga lalai dari menghadiri majelis ilmu dan majelis dzikir. Dan yang semisalnya dari ibadah-ibadah yang banyak manusia melalaikannya.

 HUKUMAN BAGI ORANG-ORANG YANG LALAI

Adapun bagi orang-orang yang lalai maka sangat banyak sekali di antaranya adalah:

1.       Berhak mendapatkan adzab di dunia.

Hal itu sebagaimana yang Allah Ta'ala firmankan dalam kitabNya, Allah berfirman:

قال الله تعالى: {وَلَمَّا وَقَعَ عَلَيۡهِمُ ٱلرِّجۡزُ قَالُواْ يَٰمُوسَى ٱدۡعُ لَنَا رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِندَكَۖ لَئِن كَشَفۡتَ عَنَّا ٱلرِّجۡزَ لَنُؤۡمِنَنَّ لَكَ وَلَنُرۡسِلَنَّ مَعَكَ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ١٣٤ فَلَمَّا كَشَفۡنَا عَنۡهُمُ ٱلرِّجۡزَ إِلَىٰٓ أَجَلٍ هُم بَٰلِغُوهُ إِذَا هُمۡ يَنكُثُونَ ١٣٥ فَٱنتَقَمۡنَا مِنۡهُمۡ فَأَغۡرَقۡنَٰهُمۡ فِي ٱلۡيَمِّ بِأَنَّهُمۡ كَذَّبُواْ بِ‍َٔايَٰتِنَا وَكَانُواْ عَنۡهَا غَٰفِلِينَ ١٣٦} [الأعراف: 134- 136]

"Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) merekapun berkata: "Hai Musa, mohonkanlah untuk Kami kepada Tuhamnu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dan pada Kami, pasti Kami akan beriman kepadamu dan akan Kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu". Maka setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka mengingkarinya. kemudian Kami menghukum mereka, Maka Kami tenggelamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami itu". QS al-A'raf: 134-136.

Maka di tenggelamkan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala di sebabkan kelalaian akan ayat-ayatNya yang mereka lakukan.

2.       Di palingkan untuk bisa mentadaburi ayat-ayat Allah, bisa  memahaminya serta mengambil manfaat dari ayat-ayatNya.

Maka adzab ini sangatlah berbahaya jikalau sudah menimpa seseorang, sebagaimana yang telah Allah Ta'ala terangkan dalam firmanNya:

قال الله تعالى: {سَأَصۡرِفُ عَنۡ ءَايَٰتِيَ ٱلَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِي ٱلۡأَرۡضِ بِغَيۡرِ ٱلۡحَقِّ وَإِن يَرَوۡاْ كُلَّ ءَايَةٖ لَّا يُؤۡمِنُواْ بِهَا وَإِن يَرَوۡاْ سَبِيلَ ٱلرُّشۡدِ لَا يَتَّخِذُوهُ سَبِيلٗا وَإِن يَرَوۡاْ سَبِيلَ ٱلۡغَيِّ يَتَّخِذُوهُ سَبِيلٗاۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمۡ كَذَّبُواْ بِ‍َٔايَٰتِنَا وَكَانُواْ عَنۡهَا غَٰفِلِينَ ١٤٦} [الأعراف: 146]

"Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya. dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya". QS al-A'raf: 146.

Maknanya tidaklah akan Aku biarkan mereka bisa mentadaburi ayat-ayatKu, tidak pula Aku biarkan mereka bisa mengambil ibroh (pelajaran) dengan ayat-ayatKu, sehingga akan lewat begitu saja tanpa bisa mereka mengambil faidah.

Imam Badhowi mengatakan: "Maksud dari ayat di atas adalah bahwa di palingkannya mereka itu dengan sebab kedustaan yang mereka lakukan dan enggannya mereka untuk mentadaburi ayat-ayatNya".[21]

Ini adalah merupakan adzab yang sangat keras bagi mereka namun alangkah malangnya orang-orang yang lalai tersebut mereka tidak pernah memperdulikannya.

Allah Ta'ala akan membalas orang-orang yang berpaling dan lalai dengan di lalaikannya mereka oleh Allah Ta'ala sebagai balasan yang setimpal. Sebagaimana yang Allah Ta'ala jelaskan dalam firmanNya:

قال الله تعالى: {فَلَمَّا زَاغُوٓاْ أَزَاغَ ٱللَّهُ قُلُوبَهُمۡۚ ...} [الصف: 5]

"Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka". QS Shaff: 5.

3.       Dijauhkannya dari rahmat Allah Subhanahu wa ta'ala.

Di riwayatkan dari Yusairoh semoga Allah meridhoinya dia adalah salah seorang sahabiyah yang telah ikut serta berhijroh berkata: Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah mengatakan kepada kami, (biasakan selalu) kalian dengan tasbih, tahlil (ucapan la ilaaha illa Allah) dan tahmid, hitunglah (dzikir tersebut) dengan ruas jari kalian, sesungguhnya ia akan bersaksi (pada hari kiamat nanti), dan janganlah kalian lalai (dari dzikir tersebut) sehingga di jauhkan dari rahmatnya Allah". HR Tirmidzi no: 3583. Di hasankan oleh al-Albani dalam Misykah 2/22.

Berkata al-Qori: "Makna dari hadits ini adalah janganlah kalian tinggalkan dzikir karena sesungguhnya jika kalian meninggalkan dzikir-dzikir tersebut kalian akan di jauhkan dari pahalanya yang itu seolah-olah kalian telah meninggalkan rahmat Allah Ta'ala".[22]

4.       Do'anya di kembalikan serta tidak di kabulkan.

Hal itu sebagaimana yang telah di jelaskan dalam haditsnya Abu Hurairoh semoga Allah meridhoinya berkata: Telah bersabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam: "Berdo'alah kalian kepada Allah sedangkan kalian dalam keadaan yakin akan di kabulkan, dan ketahuilah sesungguhnya Allah tidak akan mengkabulkan do'a dari orang yang hatinya lalai". HR Tirmidzi no: 3479. Di hasankan oleh al-Albani dalam Shahihul Jami' no: 245.

Dan hendaknya keyakinanmu kepada Allah di pertebal ketika sedang berdo'a jangan seperti orang-orang yang hatinya lalai, mereka mengangkat tangan-tangan mereka ketika berdo'a beberapa saat namun mereka tidak memahami apa yang mereka katakan dan do'a apa yang sedang mereka panjatkan kepada Allah Ta'ala.

Atau seperti seseorang yang ikut mengamini do'a imamnya sedangkan ia tidak paham sama sekali apa yang sedang imam baca!. Bagaimana mungkin akan di terima do'a seseorang yang keadaanya seperti ini?!.

5.       Setan akan menguasai orang yang lalai.

Jika seorang masuk ke dalam rumahnya dan melupakan dzikir kepada Allah yang telah jelas sunahnya maka setan akan menguasai dirinya, ikut serta masuk kedalam rumah bersamanya dan bermalam di rumahnya.

 Dan apabila ia makam tetapi lupa mengingat Allah maka setan pun ikut serta makan dengannya, hal itu sebagaimana yang di riwayatkan dari Jabir semoga Allah meridhoinya bahwasanya beliau mendengar Nabi  Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Apabila salah seorang memasuki rumahnya maka hendanya ia menyebut nama Allah ketika masuk dan juga ketika makan. Maka setan akan berkata: "(Hari ini) tidak ada untuk kalian tempat bermalam dan makan malam. Tetapi apabila ada seseorang yang ketika masuk (rumahnya) tidak menyebut nama Allah maka setan pun mengatakan: "(Hari ini) kalian akan mendapat tempat untuk bermalam. Dan apabila ia makan dan tidak menyebut nama Allah maka setan pun berkata: "Kalian mendapat bagian makan malam". HR Muslim no: 2018.

6.       Kelalaian yang bertumpuk-tumpuk.

Sesungguhnya kelalaian akan mengantarkan kepada kelalaian berikutnya, dari satu kelalaian menuju kelalaian yang kedua, begitu seterusnya. Sampai seseorang tersebut tenggelam di dalam hawa nafsunya sehingga tidak mampu lagi keluar darinya kecuali orang yang mendapat rahmatNya dan keutamaanNya.

Kita saksikan betapa banyak para pelaku maksiat dan orang-orang yang fasik awal mulanya hanyalah berawal dari sikap lalai dan lengah yang tidak di hiraukan serta tidak mau menyadarinya dan bertaubat darinya.

7.       Su'ul khatimah (akhir kehidupan yang buruk).

Sikap lalai yang berkepanjangan juga akan mengantarkan di atas kematian yang di benci oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. Dan contoh dalam hal ini sangat banyak sekali dalam kisah-kisah nyata yang berbeda-beda bagi orang-orang yang tenggelam di dalam kelalaian yang berkepanjangan dari mengingat Allah, maka akhir dari kehidupannya dia akan sengsara, dalam su'ul khatimah. Ini adalah merupakan sebab dan akibat terbesar dari sikap lalai.

8.       Kerugian di akhirat nanti.

Termasuk nama-nama hari kiamat adalah yaum al-Hasrah (hari kerugian) yang demikian itu untuk menggiring orang-orang yang telah lalai ketika di dunianya, dan supaya mereka menyesali dirinya karena meninggalkan amalan sholeh namun sungguh sayang sekali bahwa penyesalanya tidak bermanfaat sama sekali pada hari itu.

Seperti yang telah di sabdakan oleh Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana yang di riwayatkan oleh Abu Hurairah semoga Allah meridhoinya bahwasannya Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang duduk (sedangkan) ia tidak gunakan untuk berdzikir kepada Allah maka baginya penyesalan, barangsiapa yang tidur lalu tidak berdzikir kepada Allah maka baginya akan mendapat penyesalan". HR Abu Dawud no: 4856. di shahihkan oleh al-Albani.

9.       Dan adzab yang paling pedih bagi mereka adalah dimasukannya ke dalam nereka jahanam.

Dalam hal ini Allah Ta'ala telah menjelaskan dalam firmanNya:

قال الله تعالى: {إِنَّ ٱلَّذِينَ لَا يَرۡجُونَ لِقَآءَنَا وَرَضُواْ بِٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَٱطۡمَأَنُّواْ بِهَا وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَنۡ ءَايَٰتِنَا غَٰفِلُونَ ٧ أُوْلَٰٓئِكَ مَأۡوَىٰهُمُ ٱلنَّارُ بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ ٨} [يونس: 7- 8]

"Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) Pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami. Mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan".   QS Yunus: 7-8.

Allah Subhanahu wa ta'ala juga berfirman:

قال الله تعالى: {وَٱقۡتَرَبَ ٱلۡوَعۡدُ ٱلۡحَقُّ فَإِذَا هِيَ شَٰخِصَةٌ أَبۡصَٰرُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ يَٰوَيۡلَنَا قَدۡ كُنَّا فِي غَفۡلَةٖ مِّنۡ هَٰذَا بَلۡ كُنَّا ظَٰلِمِينَ ٩٧} [الأنبياء: 97]

"Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari berbangkit), Maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (mereka berkata): "Aduhai, celakalah Kami, Sesungguhnya Kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan Kami adalah orang-orang yang zalim". QS al-Anbiyaa: 97.

Dalam ayat yang lain Allah Ta'ala berfirman:

قال الله تعالى: {وَلَقَدۡ ذَرَأۡنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِۖ لَهُمۡ قُلُوبٞ لَّا يَفۡقَهُونَ بِهَا وَلَهُمۡ أَعۡيُنٞ لَّا يُبۡصِرُونَ بِهَا وَلَهُمۡ ءَاذَانٞ لَّا يَسۡمَعُونَ بِهَآۚ أُوْلَٰٓئِكَ كَٱلۡأَنۡعَٰمِ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡغَٰفِلُونَ ١٧٩} [الأعراف: 179]

"Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai". QS al-A'raf: 179.

Maka adapun mereka orang-orang yang lalai maka hati-hati mereka telah mengeras sehingga tidak bisa lagi mengambil pelajaran, menerima nasehat, tidak mau memperhatikan serta berfikir, dan juga mata-mata mereka telah di butakan dari melihat kebenaran, telinga-telinga mereka telah tuli untuk mendengar kebenaran, dengan demikian mereka tak ubahnya seperti hewan ternak bahkan mereka lebih buruk, merekalah orang-orang yang terlelap dalam kelalaian mereka.

Maka akan dikatakan kepada setiap orang yang lalai pada hari perhitungan nanti yaitu pada hari kiamat sebagaimana yang Allah Ta'ala firmankan dalam ayatNya:

قال الله تعالى: {لَّقَدۡ كُنتَ فِي غَفۡلَةٖ مِّنۡ هَٰذَا فَكَشَفۡنَا عَنكَ غِطَآءَكَ فَبَصَرُكَ ٱلۡيَوۡمَ حَدِيدٞ ٢٢} [ق: 22]

"Sesungguhnya kamu berada dalam Keadaan lalai dari (hal) ini, Maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, Maka penglihatanmu pada hari itu Amat tajam". QS Qaaf: 22.

Yaitu sesungguhnya kamu dulu dalam keadaan tertipu dengan dunia, tidak memperhatikan apa yang telah di sediakan setelah kematian, dan tidak memperhitungkan hari penghitungan, dan tidak pula mempersiapkan diri akan hari tersebut, enggan untuk mengingat hari itu, maka kami buka pintu tabir yang menghalangimu dari hari itu dengan mencabut nyawamu sehingga engkau bisa melihat dengan mata kepalamu sendiri, hingga ketakutan menjalar di seluruh tubuhmu sehingga matamu tidak berpaling lagi ke kiri dan ke kanan namun ia tetap menatap dengan rasa takut yang sangat.

Sesungguhnya akibat dari sikap lalai tersebut tidaklah menyenangkan sama sekali namun kesemuanya akan kembali kepada para pelakunya sehingga ia merugi di dunia dan akhirat. Kita memohon kepada Allah Azza wa jalla agar di selamatkan dari itu semua.


 CARA UNTUK MENGOBATI LALAI

Jika ada yang bertanya apa obat untut bisa selamat dari sikap lalai ini dan bagaimana agar bisa selamat darinya?

Maka jawabanya adalah bahwa semua itu dapat di obati dengan beberapa cara serta metode, diantaranya adalah:

  1. Selalu membasahi kedua lisannya dengan berdzikir.

Perhatikanlah firman Allah Ta'ala berikut ini, Allah Ta'ala berfirman:

قال الله تعالى: {وَٱذۡكُر رَّبَّكَ فِي نَفۡسِكَ تَضَرُّعٗا وَخِيفَةٗ وَدُونَ ٱلۡجَهۡرِ مِنَ ٱلۡقَوۡلِ بِٱلۡغُدُوِّ وَٱلۡأٓصَالِ وَلَا تَكُن مِّنَ ٱلۡغَٰفِلِينَ ٢٠٥} [الأعراف: 205]

"Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang lalai". QS al-A'raaf: 205.

Sesungguhnya berdzikir memiliki pengaruh yang sangat kuat untuk bisa menghadapi sikap lalai, dzikir juga salah satu sebab terbesar untuk bisa mengeluarkan seorang muslim dari lubang kelalaian, karena besarnya ukuran seorang hamba dari kelalaian  untuk berdzikir maka kesudahannya Allah lah yang menentukan. Dan sebesar senangnya ia berdzikir serta mau menyibukan dengannya maka menjadikan hatinya hidup serta hilangnya sikap lalai tersebut.

  1. Berdo'a kepada Allah Subahanahu wa ta'ala.

Dan do'a dengan sendirinya akan menghilangkan sikap lalai serta bisa menguasai rasa malasnya, lebih khusus lagi jika seseorang itu membiasakan dirinya selalu berdo'a dengan do'a-do'a yang shahih dari Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam. Salah satunya adalah do'a yang khusus tentang masalah ini yaitu sebagaimana hadits yang di riwayatkan oleh Anas semoga Allah meridhoinya ia berkata: Adalah Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam biasa berdo'a:

اللهم إني أعوذ بك من العجز والكسل، والبخل والهرم، والقسوة والغفلة، والذلة والمسكنة, وأعوذ بك من الفقر والكفر، والشرك والنفاق، والسمعة والرياء.

Ya Allah, aku memohon perlindungan kepadaMu dari kelemahan, rasa malas, kebakhilan, pikun, kerasnya hati, lalai, kehinaan, kemiskinan, dan aku memohon kepadaMu dari kefakiran, kekufuran, kesyirikan, nifak, sum'ah (rasa ingin dipuji) dan riya'..HR Ibnu Hibban no: 1023, al-Hakim no: 1944, di shahihkan oleh al-Albani dalam Shahihul Jami' no: 1285.

  1. Membiasakan diri dengan sholat malam.

Telah shahih dari Abdullah bin Amr bin Ash semoga Allah meridhoinya berkata: Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa (melakukan) sholat malam dengan sepuluh ayat maka tidak akan di tulis sebagai orang-orang yang lalai, siapa (yang sholat malam) membaca seratus ayat akan di tulis sebagai orang-orang yang taat, siapa yang (sholat malam) membaca seribu ayat maka akan di jadikan sebagai orang-orang yang berkecukupan". HR Abu Dawud no: 1398, di shahihkan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami' no: 6439.

  1. Dengan sering melakukan ziarah kubur.

Dengan sering melakukan ziarah kubur maka akan lenyap kelalaian tersebut dan akan hilang kepekaan untuk memahami. Di riwayatkan dari Anas bin Malik semoga Allah meridhoinya berkata: (Pada awal perkara) Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam melarang untuk ziarah kubur kemudian Rasulullah bersabda setelahnya: "Ketahuilah sesungguhnya saya pernah melarang kalian (dari tiga perkara), kemudian telah nampak (mana) yang benar (bagi saya), (yaitu) saya melarang kalian untuk ziarah kubur, (kemudian) nampak bagi saya bahwa (ziarah kubur) dapat melunakkan hati dan membuat air mata berlinang, serta mengingatkan akhirat, (maka) ziarailah (oleh kalian) kubur". HR Ahmad 13075, dishahihkan oleh al-Albani.

Dan salah satu wasiat dari syaikh Abdul Azizi bin Baz kepada sebagian orang-orang yang lalai, yang telah bertanya kepada beliau supaya mereka membiasakan ziarah kubur. Dan beliau berpendapat bahwa itu termasuk bagian dari tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.

  1. Memperhatikan kehidupan dunia ini.

Di karenakan siapa yang biasa memperhatikan keadaan dunia ini maka ia akan mendapati bahwa dunia tidaklah selalu menyenangkan bahkan kesenangannya hanya bersifat sementara. ketika seseorang dalam kejayaannya dan dalam kegembiraan serta kesenangan tiba-tiba bencana menyerang atasnya, jadilah kelapangan berganti kesempitan, Serta menjadi miskin setelah kaya, Dan menjadi terhina setelah sebelumnya terhormat. Dan kadang kala kematian mendatanginya, Maka ia keluar dari dunia ini dalam keadaan memiliki banyak tanggungan, Kemudian disandarkan ketanah, Dan ia pun meningalkan tempat asalnya. Termasuk kejelekan dunia adalah terlalu banyak kefanaan, Keadaan akan terus berganti, Maka itu sebagai dalil yang sangat terang yang menunjukkan bahwa dunia ini akan selesai dan hilang yang hanya meninggalkan bekas, sebagaimana silih berganti antara orang yang sehat dan sakit, di dunia juga bisa kita saksikan yang tadinya ada lalu dengan berlalunya waktu menjadi tidak ada kembali, seorang pemuda seiring dengan perjalanan waktu akan menjadi tua sehingga kepikunan pun mulai nampak pada dirinya, segala macam kenikmatan berubah menjadi bala dan malapetaka, adanya kehidupan yang di ikuti dengan kematian, adanya gedung-gedung yang megah yang seiring dengan waktu menjadi rusak dan hancur berantakan, adanya perkumpulan di kalangan manusia namun di akhiri dengan perpecahan.

Hindun binti Nu'man mengatakan: "Sungguh kami telah menyaksikan bagaimana kami adalah orang-orang yang paling mulia diantara mereka, orang yang paling banyak memiliki kekuasaan, kemudian (dengan perjalanan waktu) tidak lah kami melihat kecuali sebagai orang-orang yang paling sedikit (hartanya)…sehingga ada salah seorang laki-laki yang menanyakan bagaimana hal itu bisa terjadi, maka ia menjawab: "Tidaklah ada pada  pagi hari (suatu hari) kecuali (kami adalah orang yang mulia) sehingga tidak ada seorang arab pun kecuali mereka berharap (kepada kami) supaya mengasihinya, namun di kala senja tiba (tidaklah lama) tidak ada seorang arab pun kecuali kami yang berharap supaya mereka mau mengasihi kami".[23]

Lihat dalam kisah di atas bagaimana keadaanya mereka ketika berada di pagi hari!! Lalu ketika pada sore harinya keadaanya pun telah berubah!! Sesungguhnya dalam kisah di atas ada sebuah pelajaran yang bisa kita petik, namun masih adakah orang-orang yang mau mengambil pelajaran?.

Pada suatu pagi masuklah Ubadah ummu Ja'far al-Burmuki kepada sekelompok orang pada hari raya iedul adha dengan memohon kepada mereka (agar ada) di antara mereka yang mau memberi (baju) hangat (walau) dari kulit kambing. Maka mereka menanyakan hal itu (bagaimana mungkin) sedangkan ia di penuhi dengan kenikmatan. Lantas ia pun menjawab: "Sungguh beginilah keadaanku sekarang ini (tidak ada yang aku tutup-tutupi) walaupun saya di kelilingi oleh harta yang melimpah". Dan saya katakan: "sesungguhnya anak saya Ja'far telah berbuat durhaka kepadaku".

Inilah keadaanya pada salah satu hari raya!namun pada hari raya berikutnya maka keadaanya pun berubah, sekarang justru orang-orang yang banyak meminta kepadanya kulit (untuk di jadikan baju hangat).

Ada sebagian orang sholeh mengatakan: "Pada suatu pagi hari saya melewati sebuah rumah di negeri kufah, lalu saya mendengar dari dalam rumah tersebut (ada) seorang budak wanita yang menyenandungkan bait syair:

ألا يا دار لا يدخلك حزن

ولا يذهب بساكنك الزمان

Wahai rumah jangan  sampai engkau dimasuki kesedihan

                         Jangan pula engkau pergi bersama waktu

Kemudia pada suatu ketika saya melewati kembali rumah tersebut, namun yang saya dapati rumah itu pintunya telah tertutup rapat, maka saya bertanya: "Ada apa gerangan mereka? Maka ada yang menjawab: "Sungguh telah meninggal pemilik rumah itu".

Lalu saya pun mendatangi pintu dan berdiri di depannya, lantas mengetuknya seraya mengatakan: "Sesungguhnya saya mendangar dari rumah ini suara seorang budak wanita yang bersenandung:

ألا يا دار لا يدخلك حزن

ولا يذهب بساكنك الزمان

Wahai rumah janganlah engkau masuki kesedihan

                         Jangan pula engkau pergi bersama waktu

Maka terdengar suara tangisan seorang perempuan sambil mengatakan: "Wahai hamba Allah, sesungguhnya Allah Ta'ala telah merubah keadaan (kami) sedangkan Dia adalah Maha yang tidak mungkin di rubah (meninggal.pent), dan kematian adalah akhir dari perjalanan kehidupan seseorang". Saya pun berlalau, demi Allah tidaklah saya kembali kecuali sambil menangis".[24]

Dalam sebuah atsar yang bersumber dari salah seorang sahabat mulia Nu'man bin Basyir semoga Allah meridhoinya mengatakan: "Pernah saya di utus oleh Abu Bakar Shidiq untuk meminta (upeti) kepada salah satu kabilah di negeri yaman. Dan pada suatu hari dalam perjalanan kami, manakala kami melewati sebuah kampung yang sangat mengagumkan bangunanya, sehingga ada salah seorang di antara kami yang berkata: "Kalau sekiranya kita singgah sejenak di dalamnya". Kami pun masuk ke kampung tersebut, sungguh kota yang mengagumkan dan sangat indah, istana yang  megah berwarna putih dengan di penuhi pengawal tua dan muda. Lalu kami mendengar ada salah seorang budak wanita yang bersenandung yang di iringi dengan suaru rebana bait syair:

معشر الحساد موتوا كمدًا

كذا نكون ما بقينا أبدًا

Duhai orang yang hasad matilah engkau karena iri

                  Inilah keadaan kami untuk sepanjang hidup kami

Dan di dapati ada tempat yang di khususkan untuk air, pelana yang panjang yang di penuhi dengan unta, kuda, sapi, kambing. Istana di pagari dengan tembok yang  megah, maka saya berkata kepada teman-teman yang bersama saya: "Kalau sekiranya kita tambatkan sejenak tunggangan kita, (kita) membeli kebutuhan serta keperluan untuk perjalanan kiat". Dan ketika kami sedang menambatkan tunggangan datang sekelompok kaum dari sisi istana yang berwarna putih tersebut dengan wajah yang tampak riang gembira kemudian (mereka mengajak kami) lalu menjamu kami dengan makanan yang paling nikmat dengan beraneka ragama minuman, setelah itu kami pun diberi tempat untuk beristirahat. (setelah) rasa lelah kami hilang kami pun berangkat (melanjutkan perjalanan), maka ada sekelompok kaum yang mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tuan kami menyampaikan salam kepada kalian". (maka) di jawab: "Berilah kami udzur kalau sekiranya ini adalah kekurangan dari kami, sesungguhnya kami di sibukan dengan kuda-kuda kami". Maka mereka pun di ajak untuk makan dengan makanan yang telah tadi di hidangkan kepada kami, kemudian saya pun melanjutkan perjalananku sampai kembali.

Waktu pun berjalan, sampai pada masanya Mu'awiyah. Pada suatu ketika beliau mengutusku (sama untuk) mengambil upeti pada salah satu kabilah namun sekarang tidak ada seorang pun (yang sebagai teman) seperti pada kali perjalanan pertama. Dan ketika saya menceritakan sebuah kisah yang saya alami pada (perjalanan yang lampau) tentang sebuah kota (dengan istananya yang megah), ada salah seorang yang berkata: "Bukankah ini jalan yang mengantarkan kepada kota tersebut? Ketika sampai maka kami dapati jalan tersebut telah rusak dan runtuh, adapun istananya maka yang kami dapati telah hancur yang tersisa hanya puing-puingnya, sedangkan tempat air (yang dahulu banyak airnya) maka sudah tidak ada sedikitpun menyisakan air, adapun lampu penerang maka telah padam.

Manakala kami sedang berdiri dengan penuh keheranan ada seseorang yang menyeru kepada kami dar sisi sebelah (bekas) istana tersebut. Maka saya katakan kepada beberapa sahabat saya: "Lihatlah (ada apa) sampai kiranya kamu selesaikan urusan dengan orang tersebut". Tidak lama kemudian dia kembali dalam keadaan ketakutan. Saya tanyakan: "Ada apa geranganmu? Ia menjawab: "Saya telah datangi orang tersebut, dan dia adalah seseorang yang buta (maka) itu yang membikin saya takut".

Ketika ia mendengar kedatangan kami, ia mengatakan: "Saya bertanya kepada kamu (yang) telah datang dengan selamat, jika (tidak kamu jawab) saya akan ambil mata kamu agar saya bisa masuk ke istana". Lalu ia berkata: "Tanyalah kenapa itu saya lakukan".

Saya pun bertanya kepadanya: "Apa yang terjadi dengan bapakmu dan kaummu? Ia menjawab: "Mereka semua telah meninggal tidak ada yang tersisa lagi". Saya bertanya kembali: "Tidakkah engkau ingat pada suatu hari yang mana pada hari itu kalian sedang mengadakan pesta, dan ada seorang budak perempuan dengan di iringi suara rebana menendangkan syair:

معشر الحساد موتوا كمدًا

كذا نكون ما بقينا أبدًا

Duhai orang yang hasad matilah engkau karena iri

                  Inilah keadaan kami untuk sepanjang hidup kami

Sungguh sangat lantang sekali suaranya dan sangat menyentuh syairnya. Ia lalu menjawab: "Demi Allah sungguh masih tajam dalam ingatan saya (akan hal itu) baik itu tahun, bulan, hari dan siapa yang menjadi mempelainya, dia adalah saudara perempuanku, dan sayalah yang memukul rebana tersebut". Ia terus bercerita tentang masa lalunya sampai kami merasa jenuh kemudian (tiba-tiba) ia kejang-kejang kemudian meninggal dunia.[25]

Sesungguhnya cinta dunia dialah yang akan mengantarkan dirinya ke dalam neraka sedangkan mencukupkan dirinya dari dunia maka dialah yang akan menjadikan dirinya masuk ke surga.

Dunia adalah khamrnya setan, siapa yang mabuk darinya maka ia tidak akan bisa sadar kecuali ajal telah menjemputnya sedangkan ia dalam keadaan menyesal karena telah merugi di dunia dan akhirat.

Tidaklah seseorang di dunia ini kecuali dia adalah tamu baginya sedangkan harta bendanya adalah sesuatu yang akan musnah, seorang tamu pada suatu saat pasti akan pergi darinya sedangkan harta adalah pinjaman yang sifatnya hanya sementara.  Kecintaan terhadap dunia adalah sebab dari setiap perbuatan dosa, karena secara tidak langsung kecintaan kepadanya akan mengantarkan pelakunya untuk mengagungkannya dan hal itu semua adalah sesuatu yang sangat rendah di sisi Allah, karena Allah Ta'ala telah melaknat dunia serta membencinya. Hal itu sebagaimana yang di jelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oelh Abu Hurairoh semoga Allah meridhoinya berkata: Saya telah mendengar Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ketahuilah sesungguhnya dunia itu adalah terlaknat, (semuanya) tercela  kecuali (kalau di gunakan) untuk berdzikir kepada Allah dan segala sesuatu (yang) terkait dengannya, atau untuk mencari ilmu dan mengajarkannya". HR Tirmidzi no: 2322, Ibnu Majah no: 4112, di Hasankan oleh al-Albani.

Dan cinta kepada dunia akan merugikan akhiratnya. Karena dunia dan akhirat adalah dua hal yang saling bertentangan jika condong salah satunya maka akan kalah yang lainnya dan itu adalah suatu hal yang lumrah terjadi.

Cinta dunia juga akan menjadikan seorang hamba enggan untuk mengerjakan amalan yang manfaatnya bisa kembali untuk dirinya ketika di akhirat nanti, dan itu merupakan salah satu dari bentuk kelalaian yang sangat keras, seseorang merasa capai hanya untuk mengejar dunia, membangun sesuatu yang pasti akan roboh dan rusak, sedangkan ia telah tahu persis bahwa dunia adalah sesuatu yang akan hilang dan berakhir, dan dunia itu bisa kita misalkan –sebagaimana yang dikatakan oleh Yunus bin Abdul A'la- Bahwa dunia hanyalah seperti halnya seseorang yang sedang tertidur pulas dan bermimpi sesuatu yang di cintai dan di bencinya, dan manakala ia dalam keadaan seperti itu lalu ia pun terbangun dan kembali ke alam sadar (dari mimpinya).[26] Dan alam sadarnya adalah kematian.

Maka berhati-hatilah wahai sekalian para hamba Allah bahwa dunia ini adalah sesuatu yang menipu dan melengahkan, kesenangannya di bungkus dengan kesedihan, kebahagian dunia selalu di iringi dengan kehidupan yang suram, kalau sekiranya Sang Pencipta tidak mengabarkan tentang (tercelanya) dunia dengan memberi permisalan tentangnya tentu seharusnya orang yang tertidur terjaga dan orang yang lalai teringat, bagaimana bahwa Allah Ta'ala telah menjelaskan kepada kita dengan sangat jelas bahwasannya dunia ini tidaklah ada apa-apanya manakala di timbang hanya dengan satu sayap nyamuk, apakah orang yang telah tertipu menyangka bahwa dunia ini akan kekal?!.

  1. Mengingkat surga dan neraka.

Adapun surga adalah negeri yang penghuninya tidak akan pernah merasakan kematian, sedangkan bangunannya tidak akan pernah roboh, para pemudanya tidak akan pernah menua dan tidak pula akan pikun, keindahanya serta kebaikan-kebaikannya tidak akan berubah selama-lamanya.

Udaranya sangatlah menyejukan, sedangkan minumanya terbuat dari tasnim. Dan penghuninya berpindah-pindah di antara kasih sayang Robbnya yang Maha Pengasih kepada hambaNya, dan mereka di beri nikmat untuk bisa menikmati dan melihat wajah Robbnya yang mulia setiap saat yang ia kehendaki, sedangkan do'a mereka di dalam surga adalah Maha suci Engkau ya Allah aku memujiMu, dan salam penghormatan mereka adalah salam (selamat dari segala bencana), sedangakan do'a mereka di akhiri dengan ucapan "alhamdulilaahi Rabbil 'aalamin" (segala puja dan puji hanya untuk Allah).

Di dalam nikmat surga juga ada banyak hal yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar sebelumnya oleh kedua telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati seorang manusia mana pun.

Dan surga ini hanya di peruntukan oleh Allah Ta'ala kepada para hambaNya yang telah taat kepadaNya, mereka bersandar di atas dipan-dipan yang empuk, mereka di beri minum dari khamr yang murni yang di lak tempatnya, kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan yang penuh kenikmatan.

 Apakah yang mereka minum?

Mereka minum air serta minuman yang terbuat dari khamr, susu, dan madu. Khamr surga tidaklah sama dengan khamr yang ada di dunia, warnanya putih sangat lezat bagi orang yang meminumnya.

 Dengan apa mereka akan di kelilingi?

Mereka semua akan di kelilingi oleh pelayan-pelayan yang muda dan tidak akan pernah tua.

 Siapakah istri-sitri mereka?

Mereka akan beristrikan dengan bidadari yang sangat cantik, mereka (bidadari) itu seperti permata yaqut dan marjan, yang tidak pernah di sentuh sebelumnya oleh jin maupun manusia, mereka tidak akan pernah menua, sedangkan tempatnya adalah di istana-istana.

 Siapakah yang akan bertamu kepada mereka?

Yang akan masuk kepada mereka adalah para malaikat dengan membawa kebaikan dari setiap pintu sambil mengucapkan salam kepada penghuninya.

Bagaimana mungkin bisa di samakan kedudukannya dengan (yang lainya) karena surga adalah negeri yang telah Allah Ta'ala ciptakan dengan tanganNya sendiri yang di peruntukan bagi orang-orang yang di cintaiNya di dalamnya penuh dengan rahmat dan kedermawananNya, Allah telah mensifati  mereka (penghuni surga) sebagai orang-orang yang telah mendapat kemenangan yang besar dan yang telah memiliki sesuatu yang sangat agung, sempurna dari segala kekurangan?!.

Jika engkau bertanya tentang tanahnya maka sesungguhnya tanah surga adalah misk dan za'faran, jika engkau bertanya bagaimana atapnya maka surga itu di atapi oleh arsy Allah Azza wa jalla, jika engkau ingin tahu bagaimana kerikilnya maka sesungguhnya kerikil surga itu seperti mutiara dan jika engkau bertanya bagaimana bangunan surga maka semennya terdiri dari perak dan bangunannya terbuat dari emas murni, jika engkau menanyakan bagaimana tanaman surga maka tidak ada tanaman kecuali pohonnya terdiri dari emas, dan jika engkau ingin mengetahui bagaimana buah surga maka sesungguhnya buahnya lebih lembut dari keju dan lebih manis dari madu, jika engkau ingin tahu bagaimana daunya maka daunya sangat lah indah dan elok demikian pula sungai-sungainya maka sesungguhnya dia tidak akan pernah berubah sedangkan para wanita penghuni surga maka mereka selalu dalam keadaan suci selama-lamanya. Yang semua itu telah di jadikan satu oleh Allah Ta'ala bagi para penghuninya yang di penuhi oleh kenikmatan badan dan hati, jiwa-jiwa mereka selalu dalam kenikmatan dan badan mereka pun demikian dan mereka di dalam kenimatan ini akan tetap tidak pernah akan merasakan tua dan pikun.

Maka renungkanlah bagaimana nikmatnya surga itu karena dengan cara tersebut maka akan bisa menolak kelalaian.

Begitu juga perhatikan apa yang telah Allah Ta'ala siapkan dari adzabNya yang pedih dan juga ujian  yang sangat berat bagi penduduk neraka, karena dengan cara seperti itu juga akan bisa menghilangkan kelalaian.

Batu-batu yang besar lagi keras dilemparkan dari arah  neraka jahanam yang waktunya selama tujuh puluh tahun!.

Renungkan wahai hamba Allah bagaimana keadaan para penduduk neraka kaki mereka di ikat mendidih sampai keujung kepalanya. Wajah mereka menjadi hitam di karenakan banyaknya mereka melakukan perbuatan dosa, mereka memanggil dengan suara yang sangat keras dari sisi nereka sambil berkata: "Wahai yang Maha Kuasa sungguh benar apa yang telah Engkau janjikan kepada kami, Ya Rabb kami telah mengelupas kulit-kulit kami, Ya Malik (Allah) keluarkanlah kami dari sini, sungguh kami berjanji kepadaMu untuk tidak mengulangi kembali (perbuatan  maksiat)". Maka di katakanlah kepada mereka: "Sungguh sangat sayang sekali (percuma) kalian tidak akan mungkin bisa keluar dari negeri kehinaan ini, kalian telah merugi di dalamnya dan janganlah banyak bicara". Sehingga ketika keadaannya seperti itu mereka pun menjadi berputus asa atas apa yang telah mereka sia-siakan semua yang ada di sisi Allah, namun kiranya penyesalan mereka sudah terlambat, penyesalannya tidaklah bisa menyelamatkan dari siksaNya yang pedih bahkan penyesalan mereka  justru di bayar mahal dengan di tenggelamkan mereka ke dalam api neraka yang berkobar-kobar terus turun sampai ke lembah neraka dan manakala mereka mencoba untuk keluar maka mereka tertimpa lagi dari atas kepala mereka penghuni yang baru sehingga mendidihlah perut mereka dan terkelupaslah kulit-kulitnya, lalu di kekangnya mereka serta di pukulinya dari besi api.

Hancurnya tenggorokan mereka, mengalirkan cairan yang sangat panas dan luluh lantak daging-daging  mereka, dan dalam keadaan seperti itu mereka sangat sekali berharap agar mereka di matikan saja namun mereka semua sudah tidak akan merasakan kematian kembali.

Dan neraka itu melontarkan bunga api yang sangat besar sebesar dan setinggi istana, kalau ukuran bunga apinya saja sebesar istana lantas seberapa besar ujung lidah api tersebut, dan seberapa besar lidah apinya?!.

Api neraka hanyalah bagian dari tujuh puluh bagian api dunia, itulah minuman yang akan di minum oleh orang-orang kafir sampai otak mereka mendidih, mereka berharap untuk mati dengan melakukan berbagai cara  namun mereka tidak akan mati, pakaian mereka adalah dari pelangkin (ter) sedangkan muka mereka di tutup oleh api neraka. Dan bagi mereka lapisan-lapisan yang terbuat dari api neraka yang di letakan di atas kepala mereka sedangkan di bawah mereka pun lapisan-lapisan dari api neraka.

Dan masih banyak lagi dari adzab-adzab Allah Azza wa jalla untuk anggota badan penghuni neraka dan di sana juga ada adzab yang bersifat maknawi, setiap kali ada saudaranya (temannya) yang masuk maka dia langsung melaknatinya.

Sedangkan para malaikat maka mereka mencelanya atas keteledoran serta kesalahan yang mereka pilih ketika hidup di dunia.


 PENUTUP

Imam Ibnul Qoyim mengatakan: "Sesungguhnya majelis dzikir (tempat mengkaji ilmu.pnt) adalah majelisnya para malaikat sedangkan majelisnya orang yang senang bermain ( menyia-yiakan waktu) dan lalai adalah majelisnya para setan, maka lihat dan pilihlah mana yang lebih menyenangkan dan utama bagi seorang hamba Allah karena pada akhirnya nanti dia akan di kumpulkan bersamanya baik ketika di dunia maupun ketika di akhirat nanti".[27]

Sesungguhnnya zaman kita sekarang ini adalah zamannya orang-orang yang lalai, jika engkau kurang percaya maka lihatlah keadaan orang-orang yang berada di muka bumi ini, perhatikan bagiamana keadaan para penghuni bola dunia ini maka kebanyakannya adalah seperti hasil penglihatanmu?.

Engkau akan melihat di depan matamu begitu banyaknya tempat-tempat untuk bermain, tempat hiburan, toko-toko yang mengkhususkan menjual alat-alat para bola, bermain, dan seterusnya.

Setelah itu bandingkan bagaimana keadaannya tempat-tempat tersebut dengan tempat-tempat ibadah dan majelis ilmu, maka kamu akan dapati bahwa sesuatu yang akan melalaikan dari mengingat Allah dan negeri akhirat lebih banyak dari pada kelompok yang kedua. Dan bagi orang yang berani berkorban serta mau meninggakan tempat-tempat yang melalaikan tersebut kemudian berpindah dan memilih untuk berteman dengan teman-teman yang shalih dan duduk di dalam rumah-rumah Allah (masjid) sambil berkumpul untuk mempelajari ilmu maka Allah pun akan memuliakan dirinya dengan balasan yang sangat besar di sebabkan pengorbanan itu yang telah ia lakukan, Karena sesungguhnya setiap kali ada daya tarik yang semakin banyak dari sesuatu yang menggiurkan sedangkan seseorang itu malah mengikat dirinya maka ia akan mendapat balasan lebih besar dari itu semua, oleh karena itu maka balasan bagi orang-orang yang shalih pada ahkir zaman nanti lebih besar itu di sebabkan karena mereka menahan dari segala hal yang menggoda hawa nafsunya, tidak ikut-ikutan kepada fitnah dengan segala bentuknya.

Akhirnya kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk menjaga kita dari kelalaian, sebab-sebabnya serta jalan yang mengarah kepadanya, sebagaimana kita memohon kepada Allah agar di jauhkan kita semua dari su'ul khatimah (kematian yang buruk) dan semoga Allah menjadikan kita sebagai hambaNya yang selalu mengingatNya serta mensyukuri segala nikmat yang telah di limpahkan kepada kita, demikian pula kita memohon semoga Allah selalu menolong kita untuk beribadah sesuai yang di inginkanNya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan do'a.

Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam, keluarga serta para sahabatnya.

 Penulis

 Muhammad bin Sholeh al-Munajid

 Pertanyaan:

Dibawah ini ada beberapa pertanyaan, yang berupa pertanyaan langsung dan yang kedua pertanyaan yang memerlukan merenung dan berfikir.

 Pertanyaan langsung:

  1. Sebutkan pengertian ghoflah baik secara bahasa maupun istilah syar'i?
  2. Sebutkan macam-macam goflah?
  3. Bagi ghoflah yang tercela ada tiga macam, sebutkan?
  4. Apakah penyebab seseorang terjatuh ke dalam ghoflah?

 Pertanyaan kedua:

  1. Termasuk yang bisa menjadikan seorang manusia menjadi lalai adalah menyepelaikan masalah niat, jelaskan?
  2. Didalam buku ini ada perkataan seorang anak kecil yang mengatakan kepada ibunya: "Tinggalkan saya bermain dan saya berjanji tidak akan masuk ke gereja lagi!!. Apa yang menjadikan anak kecil itu berkata seperti itu?
  3. Adzab apa yang akan di dapat di dunia bagi orang yang lalai?
  4. Adzab apa yang akan di peroleh di akhirat bagi orang yang lalai?
  5. Cara apa yang paling kuat untuk bisa menghilangkan kelalaian?

 DAFTAR ISI

  1. Muqadimah
  2. Pengertian ghoflah
  3. Sikap agama tentang ghoflah
  4. Macam-macam ghoflah
  5. Jenis ghoflah yang tercela
  6. Sebab-sebab ghoflah
  7. Beberapa contoh yang seseorang lalai di dalamnya
  8. Hukuman bagi orang yang lalai
  9. Cara menghilangkan penyakit lalai
  10. Penutup
  11. Pertanyaan
  12. Daftar isi


[1] . Mu'jam maqayis lughoh 4/311 madah غفل

[2] . Misbahul Munir 2/449.

[3] . Faidhul qodir 1/262.

[4] . Mufradaat Ghoribul Qur'an 2/156.

[5] . at-Ta'rifaat 209.

[6] . Hilyah Auliya 7/220.

[7] . Fathul Bari 9/662.

[8] . Taisir Karimu Rahman hal: 853.

[9] . Dan yang terkenal sampai sekarang adalah bahwa madzhab yang menyebar disana adakah madzhab Malikiyah,

[10] . Tafsir Qurthubi 19/281, al-Ithishom 1/274 dengan sedikit perubahan.

[11]. al-Mufhimu lima asykala min talkhisi kitab muslim 7/36, dan telah dinukil oleh al-Manawi dalam Faidhul Qodir 1/572

[12] . Syarh Shahih Muslim 7/92.

[13] . al-Ikhlas wa Niyah hal: 70, Jamiul Ulum wal Hikam 3/19.

[14] . Aunul Ma'bud 12/7. Hadits di riwayatkan oleh Bukhari no: 4345.

[15] . Fathul Bari 8/62.

[16] . Syarh Shahih Muslim 12/209.

[17] . Thariqul Hijratain hal:  332.

[18] . Di riwayatkan oleh ath-Thabrani dalam Mu'jam Kabir 8869, berkata al-Haitsami dalam Majma' Zawaid 2/304 bahwa para perawinya adalah perawi yang shahih.

[19] . Badai'u al-fawaid 2\485 dengan sedikit perubahan

[20] . Shoidul Khathir hal: 42.

[21] . Tafsir Baidhowi 1/360.

[22] . Tuhfatul ahwadzi 10/31.

[23] . Zaadul Ma'ad 3/173.

[24] . al-I'tibar lii Ibni Abi Dunya hal: 35.

[25] . al-I'tibar lii Ibni Abi Dunya hal: 48.

[26] . Idatus Shobirin hal: 190.

[27] . al-Wabil Shoyib hal: 65.